"Masih belum jelas dan kontroversi antara dibongkar atau tidak masjid ini. Sebagai pengurus berharap masjid tertua di Depok ini dapat dilestarikan serta masih dapat digunakan untuk beribadah bagi warga Kota Depok," tambahnya.
Mujeti mengatakan selain dijadikan sebagai rumah ibadah, masjid itu dulunya dijadikan sebagi tempat persinggahan para pedagang (saudagar) dari desa Grogol, Pitara, dan Rangkapan Jaya.
"Dahulu kala Depok dikenal sebagai Belanda Depok, karena pada zamannya mayoritas gereja dan masjid jarang. Sampai sekarang status tanah masjid masih verponding atau hadiah dari Belana. Jadi setiap hari raya besar atau setiap Jumat warga pada datang ke masjid untuk beribadah," paparnya.
Mujeti menyebutkan kapasitas Masjid dapat menampung 1.000 jamaah dengan jumlah tiang penyangga sebanyak 16 pilar.
"Untuk bedug sampai saat ini masih digunakan termasuk tongkat khotib terbuat dari kayu kelapa tua sampai sekarang masih dipergunakan sama para keturunan termasuk pengurus DKM masjid Suganda." (Angga)
Pengurus Masjid Jami Al - Istiqomah, Mujeti,56, (koko putih) menunjukan bedug dan makam H.Djasim pendiri. (angga)