Sehingga jawaban beliau sebagai berikut :
هناك قول، ولكن ليس هناك حديث مرفوع
Ada yang berpendapat demikian, namun tidak ada hadis marfu’ (sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) di sana. (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Muyassarah, 3/327).
Qadha Ramadhan sebaiknya dilakukan segera tanpa ditunda-tunda sebagaimana firman Allah SWT yang memerintahkan untuk segera dalam melakukan kebaikan.
أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ
“Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. Al Mu’minun: 61)
Tidak Wajib Mengqadha Puasa Secara Berurutan
Apabila memiliki kewajiban qadha puasa Ramadhan beberapa hari, maka untuk membayar qadha tersebut tidak wajib berturut-turut.
Misalnya ketika mempunyai qadha puasa selama 5 hari karena sakit udzur dan sebagainya, makan boleh mengqadha dengan cara menyicil.
Seperti dua hari pada bulan Syawal, dua hari pada bulan Dzulhijah, dan sehari pada bulan Muharram.
Hal tersebut sebagaimana firman Allah AWT dalam surat Al-Baqarah ayat 185 :
فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ