Dalam proses ini, Rocky menyebut memang terjadi kanibalisasi. Semacam percobaan psikologi jika tikus dimasukkan di ruangan dan diberi makan, maka akan sibuk dengan makanan sendiri. begitu makanan berkurang terjadilah saling rampas makanan.
"Enggak ada makanan, ya, tikusnya saling terkam. Itu yang kita sebut mentalitas kerumunan yang berupaya mengambil kesempatan dari semua yang masih mungkin ketika sumber daya makin kecil," kata dia.
"Kita sudah bisa duga pascapemilu karena koalisi yang dipaksakan maka akan terjadi gontok-gontokan, saling amputasi dan saling kanibal di dalam koalisi Pak Prabowo," kata dia.
Di eksternal koalisi, ada PDIP yang juga akan mati-matian untuk mendapatkan kedudukan Ketua DPR. Rocky menilai kemampuan PDIP akan diimbangi dengan teknik yang sedang dirancang soal hak angket.
Sebetulnya PDIP, ujarnya, bisa mendapatkan moral standing yang lebih kuat untuk menuntut DPR jika berhasil mengkonsolidasi kekuatan oposisi untuk memungkinkan terjadinya hak angket.
"Ketika hak angket dimulai itu bagian-bagian lemah dari 02 atau bahkan 01, atau yang masih ragu bisa berkumpul akibat teori hak angket ini. Tapi mesti diberi semacam keterangan bahwa hak angket itu hak konstitusional, yang kedua hak rakyat mendapatkan pemilu yang berkualitas," tuturnya.
Sayangnya sekarang, rakyat sudah mulai ragu terkait usulan hak angket tersebut. Dan inilah yang akan membatalkan PDIP untuk mengambil kembali visi partainya.
Namun jika PDIP melakukannya lebih drastis, lebih radikal maka rakyat akan memberikan peluang untuk mendukung PDIP. Sehingga itu yang akan membuat PDIP kembali ke parlemen dalam rangka kembali menduduki Ketua DPR.
"Sekaligus PDIP mendapat semangat baru untuk bertarung di 2029. Kalau PDIP tidak investasikan angket hari ini dia akan kehilangan pamor dan pamer, hingga kesempatan. Apalagi Ibu Mega usianya sudah lanjut. Ini kesempatan untuk regain public opinion," kata dia.