Obrolan Warteg: Bijak Bermedia Sosial

Jumat 16 Feb 2024, 09:56 WIB
Obrolan warteg.(Poskota)

Obrolan warteg.(Poskota)

Usai sudah pesta demokrasi, pesta rakyat dalam menyalurkan aspirasi politiknya melalui hak pilihnya dalam pilpres maupun pileg. Siapa pun pemenangnya adalah gambaran pilihan rakyat, lepas dari berbagai kekurangan yang ada.

Wajar saja jika kemudian muncul reaksi atas kekurangan, bahkan ada pihak-pihak yang menyuarakan dugaan kecurangan. 

Tak ubahnya kompetisi ataupun pertandingan sepak bola, tak jarang muncul beragam protes, baik yang disampaikan pemainnya maupun tim terhadap dugaan terjadinya pelanggaran ataupun kecurangan.

“Jadi protes atas jalannya penyelenggaraan pemilu dan hasil pemilu,wajar saja?” tanya Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.

“Ya wajar, karena tak ada sesuatu hal yang sempurna. Lagi pula protes atas jalannya kompetisi menjadi hak setiap peserta. Semua kontestan memiliki hak yang sama, melakukan protes jika melihat ada pelanggaran,” kata Yudi menimpali.

“Yang tidak wajar jika mencari-cari kesalahan orang lain untuk menutupi kelemahan dirinya. Menyalahkan orang lain untuk menutupi kekurangan pada dirinya,” kata mas Bro.

“Itu tak ubahnya pepatah yang mengatakan ‘buruk muka, cermin dibelah,” kata Heri.

“Repotnya lagi, sesuatu yang belum pasti, disebarkan dan disebarkan lagi sehingga seolah menjadi isu yang dianggap benar, tanpa tahu asal usulnya,ujung pangkalnya,” kata mas Bro.

“Itulah perlunya bersikap bijak dalam bermedia sosial. Tidak langsung menyebarkan isu, yang belum tentu benar,” kata Yudi.

“Menjadi bijak, jika ketika menerima postingan melalui media sosial, hendaknya dicek dulu aktualitasnya, sumbernya dari mana, logis atau tidak, lebih-lebih terhadap konten yang menebarkan keburukan seseorang,” urai mas Bro.

“Menebarkan keburukan saja merupakan tindakan yang tidak terpuji, apalagi jika yang ditebarkan itu merupakan keburukan palsu. Itu perlunya tanggung jawab sosial dalam bermedia sosial,” jelas Yudi.

Berita Terkait

News Update