Bukan Golput, Begini Asal Usul Silent Majority dalam Kancah Pemilu Dulu Hingga Sekarang

Kamis 15 Feb 2024, 20:30 WIB
Kampanye Akbar Prabowo-Gibran, Ahmad Tri Hawaari

Kampanye Akbar Prabowo-Gibran, Ahmad Tri Hawaari

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID -  Satu diantara faktor yang dianggap menentukan atas keberhasilan pasangan Capres dan Cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, pada Pilpres di Pemilu 2024, yakni dengan adanya golongan masyarakat yang disebut dengan Silent Majority.

Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan Ketua TKD Prabowo-Gibran sekaligus mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

Istilah Silent Majority, sempat disinggung Ridwan Kamil dalam unggahan di akun instagram, menyebut, bahwa kemenangan yang diraih dari hasil hitung cepat (quick count) jumlah suara, menandakan adanya peran dari Silent Majority.

“Pelajaran, Silent Majority sudah berbicara, siapa mereka?” tulis Ridwan Kamil dalam akun instagramnya, beberapa waktu lalu.

Sehingga, istilah ini pun kian ramai di perbincangkan di berbagai kalangan lapisan masyarakat, saat ini.

Selanjutnya, Kang Emil, sapaan akrabnya, menjelaskan beberapa kriteria dari orang yang terindikasi masuk ke dalam golongan Silent Majority tersebut.

Menurutnya, ada 3 ciri orang yang memilih Silent majority dalam Pilpres di Pemilu 2024, diantaranya:

Pertama, mereka yang menyimak tapi jarang komen, mereka yang jarang-jarang ribut di medsos tiap akun ini posting #politik.

Lalu kedua, Mereka yang ramai di medsos oleh noisy majority bukan ukuran realita yang sama di lapangan.

Dan yang Ketiga, bulian/ ejekan di medsos tidak pernah kami jawab, cukup kami jawab dengan kerja-kerja terukur di lapangan.

Demikian ungkap Kang Emil terkait Silent Majority yang bisa menentukan keberhasilan pasangan capres dan cawapres, Prabowo-Gibran.

Lantas, bagaimana asal usul dari istilah Silent Majority ini mulai muncul? 

Sebelum membahas tentang sejarah bagaimana istilah Silent majority ini muncul, maka, kalau melihat dari alih bahasa Silent Majority yakni mereka yang mayoritas diam atau lebih banyak jumlahnya untuk diam.

Silent Majority adalah Populasi dari suatu negara yang terdiri dari masyarakat mayoritas tidak terlibat secara aktif dalam kancah politik serta tidak mengutarakan pendapat politiknya di depan umum secara terbuka, sebagaimana dikutip dari Merriam-Webster. 

kontekstualnya, berawal pada tahun 1919 (kurang lebih seabad yang lalu) dari sebuah artikel di Harrisburg Telegraph edisi 24 Juni, yang mengungkap tentang hak pilih para pekerja di Pennsylvania, AS. 

Kemudian, istilah itu pun populer di beberapa peristiwa setelahnya, pasca beberapa artikel yang sempat menyebut Silent Majority dalam imbuhannya.

Kemunculan istilah Silent Majority pun hadir beberapa tahun kemudian, dilansir dari laman history, Presiden AS, Richard Nixon (1969-1974) menyerukan kepada kaum mayoritas yang diam untuk mendukung perang Vietnam pada tahun 1969.

Kaum mayoritas yang diam itu merujuk pada kaum konservatif yang tidak mau terlibat pada segala bentuk kebijakan publik di AS.

Pun, istilah sayang sama sempat muncul kembali di era pemilihan presiden AS pada periode 2017-2021.

Lalu, Istilah ini kerap disampaikan calon presiden Donald Trump pada setiap kesempatan dalam kampanye pada Pemilu AS, 2016, dilansir dari NPR.

Ia kerap mengajak kaum mayoritas yang diam untuk melaksanakan hak pilihnya dengan mendukung Trump.

Target sasarannya yaitu kelompok masyarakat AS yang tidak mau terlibat dalam gerakan hak-hak sipil di AS atau mereka yang bersikukuh menggunakan status quo.

Reporter

Berita Terkait

News Update