JAKARTA, POSKOTA.CO.ID- Sedikitnya terdapat 15 orang yang tewas dalam kerusuhan yang terjadi di Papua Nugini pada Kamis (11/1/2024).
Melansir BBC News, Rumah Sakit Port Moresby mengkonfirmasi bahwa ada delapan kematian di ibu kota dan tujuh orang lainnya meninggal di kota Lae.
Perdana Menteri James Marape mengumumkan bahwa keadaan darurat di Port Moresby akan terjadi selama 14 hari ke depan.
“Melanggar hukum tidak akan menghasilkan hasil tertentu,” kata Marape dikutip BBC News, Jumat (12/1/2024).
Tak hanya kekerasan, tindak penjarahan di sejumlah toko pun terjadi dalam kerusuhan tersebut, sehingga membuat lebih dari seribu tentara telah bersiaga.
Gubernur Powes Parkop pun menjelaskan, demonstrani yang dilakukan oleh polisi ini merupakan yang pertama kalinya terjadi dalam sejarah Papua Nugini.
“Kami telah melihat tingkat perselisihan yang belum pernah terjadi sebelumnya di kota kami, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah kota dan negara kami,” ujarnya.
Kerusuhan ini dipicu oleh polisi serta pegawai negeri yang melakukan aksi mogok kerja, akibat gaji mereka yang mengalami pengurangan hingga 50 persen.
Kendati demikian, pemerintah mengaku jika pemotongan gaji tersebut merupakan kesalahan administrasi dan akan diperbaiki pada gaji bulan depan.
Jawaban tersebut pun tak diterima dan membuat aksi unjuk rasa besar-besaran di kota tersebut, hingga beberapa demostran mencoba memasuki gedung parlemen.
Papua Nugini memang tengah mengalami kemerosotan ekonomi yang menyebabkan meningkatnya inflasi dan jumlah pengangguran.
Akibatnya, pihak pemerintah khususnya Perdana Menteri Marape pun terus mendapat kritik keras dari masyarakat karena kondisi ini.