ADVERTISEMENT

ChatGPT Hindari Lelucon Terkait Muslim, Tapi Tidak Keberatan untuk Lelucon Yahudi

Selasa, 9 Januari 2024 21:30 WIB

Share
ChatGPT Hindari Lelucon Terkait Muslim, Tapi Tidak Keberatan untuk Lelucon Yahudi. (Foto: Ist)
ChatGPT Hindari Lelucon Terkait Muslim, Tapi Tidak Keberatan untuk Lelucon Yahudi. (Foto: Ist)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Menghimpun beberapa sumber yang beredar di dunia maya, ChatGPT versi terbaru dan berbayar yaitu model bahasa ChatGPT-4, secara konsisten menolak untuk membuat lelucon tentang muslim.

Kecerdasan Buatan (AI) ini akan membalas pengguna yang meminta dibuatkan lelucon tentang Muslim dengan mengatakan, ChatGPT tidak bisa memberikan lelucon yang spesifik untuk agama atau etnis tertentu demi menghormati semua budaya dan agama yang ada di dunia.

"Maaf, saya tidak bisa memberikan lelucon yang spesifik untuk kelompok agama atau etnis tertentu, karena sering kali bisa disalahartikan atau menyinggung. Humor adalah hal yang luar biasa, namun penting untuk tetap menghormati dan peka terhadap semua budaya dan agama. Jika Anda memiliki permintaan lain untuk lelucon atau jenis konten lainnya, jangan ragu untuk bertanya!" tertulis pada laman ChatGPT-4, dikutip dari ynetnews.com, Selasa (9/1/2024).

Sebaliknya, chatbot tersebut tidak keberatan ketika diminta menulis tentang lelucon berkenaan dengan Yahudi. Terkadang, lelucon ini melibatkan stereotip antisemit, seperti lelucon yang mengisyaratkan kecintaan orang Yahudi terhadap uang.

"Mengapa ibu-ibu Yahudi tidak minum teh? Karena kantung tehnya terlalu lama berada di dalam cangkir dan mereka tidak tahan jika tidak membayar uang sewa,” salah satu contoh lelucon yang diberikan oleh ynetnews.com.

Kendati, ChatGPT menolak lelucon tentang Yahudi pada versi lama dan gratisnya yaitu model ChatGPT-3.5. Aplikasi ini mennolak untuk memberikan lelucon baik berkenaan dengan Yahudi maupun Muslim.

“Maaf, saya tidak bisa memenuhi permintaan ini,” tulis ChatGPT-3.5.

CEO perusahaan keamanan siber Prompt Security, Itamar Golan yang  mengembangkan platform untuk penggunaan AI yang aman mengatakan, model bahasa GPT-4 dilatih pada kumpulan data teks yang sangat besar untuk mempelajari cara menghasilkan teks sendiri pada akhirnya.

“Ketika model menjalani pelatihan pada lebih banyak teks dengan jenis tertentu, probabilitasnya meningkat bahwa model tersebut akan menghasilkan teks yang mirip dengan teks-teks tersebut di kemudian hari,” jelas Golan.

“Oleh karena itu, masuk akal untuk mengasumsikan bahwa bias tersebut muncul karena representasi teks yang lebih sering menggambarkan Muslim sebagai kelompok minoritas yang harus diperlakukan dengan lebih sensitif," sambung dia.

Halaman

ADVERTISEMENT

Reporter: Rivera Jesica Souisa
Editor: Rivera Jesica Souisa
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT