JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Menghimpun beberapa sumber yang beredar di dunia maya, ChatGPT versi terbaru dan berbayar yaitu model bahasa ChatGPT-4, secara konsisten menolak untuk membuat lelucon tentang muslim.
Kecerdasan Buatan (AI) ini akan membalas pengguna yang meminta dibuatkan lelucon tentang Muslim dengan mengatakan, ChatGPT tidak bisa memberikan lelucon yang spesifik untuk agama atau etnis tertentu demi menghormati semua budaya dan agama yang ada di dunia.
"Maaf, saya tidak bisa memberikan lelucon yang spesifik untuk kelompok agama atau etnis tertentu, karena sering kali bisa disalahartikan atau menyinggung. Humor adalah hal yang luar biasa, namun penting untuk tetap menghormati dan peka terhadap semua budaya dan agama. Jika Anda memiliki permintaan lain untuk lelucon atau jenis konten lainnya, jangan ragu untuk bertanya!" tertulis pada laman ChatGPT-4, dikutip dari ynetnews.com, Selasa (9/1/2024).
Sebaliknya, chatbot tersebut tidak keberatan ketika diminta menulis tentang lelucon berkenaan dengan Yahudi. Terkadang, lelucon ini melibatkan stereotip antisemit, seperti lelucon yang mengisyaratkan kecintaan orang Yahudi terhadap uang.
"Mengapa ibu-ibu Yahudi tidak minum teh? Karena kantung tehnya terlalu lama berada di dalam cangkir dan mereka tidak tahan jika tidak membayar uang sewa,” salah satu contoh lelucon yang diberikan oleh ynetnews.com.
Kendati, ChatGPT menolak lelucon tentang Yahudi pada versi lama dan gratisnya yaitu model ChatGPT-3.5. Aplikasi ini mennolak untuk memberikan lelucon baik berkenaan dengan Yahudi maupun Muslim.
“Maaf, saya tidak bisa memenuhi permintaan ini,” tulis ChatGPT-3.5.
CEO perusahaan keamanan siber Prompt Security, Itamar Golan yang mengembangkan platform untuk penggunaan AI yang aman mengatakan, model bahasa GPT-4 dilatih pada kumpulan data teks yang sangat besar untuk mempelajari cara menghasilkan teks sendiri pada akhirnya.
“Ketika model menjalani pelatihan pada lebih banyak teks dengan jenis tertentu, probabilitasnya meningkat bahwa model tersebut akan menghasilkan teks yang mirip dengan teks-teks tersebut di kemudian hari,” jelas Golan.
“Oleh karena itu, masuk akal untuk mengasumsikan bahwa bias tersebut muncul karena representasi teks yang lebih sering menggambarkan Muslim sebagai kelompok minoritas yang harus diperlakukan dengan lebih sensitif," sambung dia.
Namun, ChatGP-4 mencirikan kegagalan mekanisme keamanan OpenAI, karena ChatGPT sendiri menyatakan bahwa mereka harus menahan diri untuk tidak membuat lelucon tentang kelompok agama atau etnis.