ADVERTISEMENT

Obrolan Warteg: Lidah Tak Bertulang

Kamis, 4 Januari 2024 05:37 WIB

Share
Obrolan Warteg: Lidah tak bertulang. Gambar: Poskota.
Obrolan Warteg: Lidah tak bertulang. Gambar: Poskota.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

”Memang lidah tak bertulang. Tak terbatas kata – kata. Tinggi gunung seribu janji. Lain di bibir lain di hati...”. Begitu senandung Heri ketika memasuki warteg untuk maksi bersama sohibnya, Mas Bro dan Heri.

“Wah , ada yang bahagia hari ini,” celetuk Ayu Bahari, pemilik warteg.

“Iya ini tembang kenangan. Lagune enak,liriknya penuh makna, suara penyanyinya merdu, acap membuat rindu suasana seperti dulu,“ jawab Heri.

“Saya pikir habis dapat hadiah tahun baru, lagunya melow,” kata Ayu.

“Iya , lagunya melow,” tambah Yudi.

“Ini bukan soal melow, tapi coba memaknai lirik lagu yang mengatakan bahwa lidah memang tidak bertulang,” jawab Heri. Lagu ini dinyanyikan oleh Bob Tutupoli, sangat populer di tahun 80-an.

Lidah tak bertulang itu sebuah kiasan tentang keadaan bahwa seseorang mudah berkata apa saja, kapan saja dan kepada siapa saja. Karena mudahnya orang berkata, berucap, maka kadang kurang kontrol diri, sementara apa yang telah diucapkan itu menyakitkan orang lain, menyinggung perasaan, terjadilah konflik di kemudian hari. Jika salah satu pihak tidak bisa menerimanya, urusan bisa menjadi panjang hingga timbul perpecahan.

“Itulah sebabnya ada ungkapan lidah yang tak bertulang itu lebih tajam daripada pedang,” tambah Yudi.

“Agama apapun mengajarkan kepada pemeluknya untuk senantiasa menjaga lidahnya, lisannya, ucapannya, perkataannya. Berpikir ulang, bila perlu seribu kali, jika merasa kurang yakin, sebelum mengeluarkan sepatah kata,” ujar Mas Bro.

“Termasuk jika kurang yakin atas janjinya. Lebih baik tidak berjanji, ketimbang banyak janji tetapi sulit dipenuhi,” kata Yudi.

Halaman

ADVERTISEMENT

Editor: Rendra Saputra
Sumber: -
Berita Terkait

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT