Debat capres – cawapres pertama kali digelar pada pilpres tahun 2004, bersamaan dengan mulai diberlakukannya pemilihan secara langsung. Rakyat diberi hak penuh memilih para wakilnya untuk duduk di DPR, DPD dan DPRD provinsi, kabupaten/kota.
Begitu juga rakyat diberikan hak memilih langsung presiden dan wakil presiden untuk periode masa jabatan 5 tahun mendatang.
Formasi debat capres – cawapres selalu mengalami perubahan , terdapat penyesuaian, setidaknya perbaikan pada setiap kali pilpres. Tahun 2004 berbeda dengan tahun 2009, 2014 dan 2019.
Pada debat pertama kali digelar tahun 2004 setiap paslon hadir berpasangan.Pada saat itu, terdapat 5 paslon presiden dan wapres. Masing – masing tampil sekali dalam debat.
Tahun 2009 dan 2014, format relatif sama, 2 kali debat capres, 2 kali debat cawapres dan 1 kali debat berpasangan. Formasi debat pada kampanye pilpres lalu, 2019, menjadi 2 kali debat capres, sekali debat cawapres dan 2 kali debat berpasangan.
Lantas bagaimana dengan debat pilpres 2024? Jawabnya masih dirumuskan, konsep sementara diagendakan lima kali debat dengan komposisi 3 kali debat capres, 2 kali debat cawapres.
Hanya saja pasangan tampil bersama di atas panggung setiap kali gelaran debat. Bedanya, saat debat capres, aktor utamanya tetap capres, begitu juga saat debat cawapres, aktor utamanya adalah cawapres.
Formasi debat yang demikian kemudian menuai silang pendapat, memunculkan perdebatan tentang debat itu sendiri, tentu dengan beragam argumentasinya. Lepas dari kontroversi yang masih terjadi, tujuan debat itu sendiri adalah pemaparan dan pendalaman visi dan misi masing – masing paslon.
Formasi debat memang penting, tetapi tidak kalah pentingnya adalah bagaimana setiap paslon mampu meyakinkan kepada publik bahwa konsepnya, visi dan misinya yang terbaik. Dalam hal ini adalah memajukan negeri, memakmurkan dan menyejahterakan seluruh rakyat, bukan sebagian, apalagi segelintir orang.
Mampu mewujudkan Indonesia hebat dengan SDM unggul, bangsa yang tangguh dalam segala sektor kehidupan baik di dalam negeri maupun di dunia.
Maknanya keberhasilan debat bukan semata diukur dari meriahnya tepuk tangan dan sanjungan di ruangan debat, yang boleh jadi beda di luar sana.
Tetapi lebih kepada meningkatnya kepercayaan publik terhadap visi dan misi yang diusung masing – masing paslon. Ini akan teruji pada hari pencoblosan, 14 Februari 2024, meski, hasil debat belum tentu linier dengan perolehan suara pilpres.
Selamat berdebat dengan tetap menjunjung tinggi nilai- nilai luhur budaya bangsa, sebagai rujukan etika dalam bertukar pikiran dalam merumuskan masa depan bangsa.