Obrolan warteg: Berdebat Soal Debat

Format debat capres – cawapres mengundang perdebatan dari berbagai kalangan, tak terkecuali, peserta debat itu sendiri dan petinggi parpol peserta pemilu.

Seperti diberitakan mencuat kabar bahwa debat cawapres akan ditiadakan. Kabar itu yang memicu reaksi, yang berujung kepada perdebatan soal ada dan tak adanya program debat cawapres.

Di tengah silang pendapat, KPU menjelaskan bahwa debat cawapres tetap diadakan. Hanya saja,konsepnya, mungkin berbeda.

Dalam setiap debat pasangan calon (baik capres maupun cawapres),semuanya hadir sebagai pasangan. Saat debat capres, aktor utamanya adalah capres, cawapres mendampingi. Saat debat cawapres, aktor utamanya adalah cawapres, capres mendampingi. Ini pun belum final, baru konsep yang ditawarkan KPU.

Formulasi seperti itu, konon, tak lepas dari adanya usulan tim paslon saat rapat koordinasi soal debat, yang menghendaki kehadiran capres dan cawapres pada setiap acara debat, yang kemudian memunculkan juga adanya silang pendapat.

“Dapat diibaratkan sebelum acara debat, sudah mengundang perdebatan. Sebelum resmi berdebat, sudah debat duluan,” kata Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.

“Perdebatan itu hal wajar, apalagi ini di tahun politik, jelang pemilu,” kata Yudi.

“Iya juga, kian dekat pilpres, intensitasnya semakin meningkat. Perdebatan bagian dari dinamika politik,” kata Heri.

“Yang penting perdebatan untuk mencari titik temu, bukan untuk mencari – cari kesalahan pihak lawan,” kata Yudi.

“Saya sependapat debat untuk mencari titik temu. Bagaimana sebaiknya formasi debat capres – cawapres agar tujuan dan target dari debat itu sendiri tercapai seperti kita harapkan,” kata mas Bro.