JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Para negoitator terus berupaya untuk memperpanjang gencatan senjata antara Israel-Hamas setelah pejabat senior Israel buka suara, Jumat (01/12/2023).
Mediator Mesir dan Qatar sebelumnya sukses mencapai kesepakatan untuk menogoisasikan gencatan senjata selama dua hari.
Dilansir Reuters, Penasihat Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu, Mark Regev mengatakan, Israel terbuka untuk memperpanjang gencatan senjata apabila militan Hamas sepakat membebaskan sandera dengan jumlah lebih besar dari sebelumnya.
"Kami siap untuk segala kemungkinan. Tanpa itu, kami akan kembali bertempur," tegas Regev dikutip Reuters, Jumat (01/12/2023).
Hal itu juga mengingat sumpah Israel yang akan memusnahkan Hamas atas serangan terhadap negaranya pada 7 Oktober 2023 lalu yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 240 orang.
Hamas sendiri telah siap siaga untuk memulai kembali pertempuran dengan Israel sebelum gencatan senjata berakhir pada Kamis (30/11/2023).
Israel diketahui berencana untuk melemparkan serangannya ke wilayah Gaza Selatan setelah gencatan senjata sementara selesai.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken, Israel tidak dapat mengulangi jatuhnya korban sipil dan pengungsi besar-besaran di Gaza Selatan seperti yang terjadi di Gaza Utara.
"Kami membahas rincian perencanaan Israel yang sedang berlangsung dan saya menggarisbawahi keharusan bagi Amerika Serikat agar hilangnya nyawa warga sipil secara besar-besaran dan pengungsian dalam skala besar yang kita saksikan di Gaza utara tidak terulang lagi di Gaza selatan," kata Blinken saat ditemui di Tel Aviv, Israel.
"Dan Pemerintah Israel setuju dengan pendekatan tersebut. Pendekatan tersebut akan mencakup langkah-langkah konkret untuk menghindari kerusakan infrastruktur penting seperti rumah sakit dan fasilitas air serta menetapkan zona aman dengan jelas," tambah dia.