Langkah pendukung dan simpatisan Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud dengan menyerang dan mengkritisi keluarga Presiden Jokowi menjadi bumerang bagi pasangan ini. Dari hasil berbagai survei menyebutkan suara Prabowo Gibran tak terbendung bahkan semakin melejit.
Bukan itu saja, dampak kritisi tersebut membuat elektabilitas pasangan Anies-Amin juga ikut terdongkrak, karena pendukung Prabowo dan Ganjar masing-masing sibuk membela dirinya sehingga membuat publik bosan. Bahkan di beberapa survei malah melindas suara Ganjar-Mahfud di urutan ketiga.
Artinya, ada yang salah dengan arah dan tujuan tim sukses TKN untuk memenangkan Ganjar-Mahfud. Karena itu, di masa kampanye serentak Pilpres, DPR dan DPRD saat ini menjadi kesempatan terakhir Ganjar-Mahfud menenangkan dan merebut kembali massanya untuk meraih suara.
Namun, hingga hari ini serangan secara masif terhadap Gibran dan Jokowi di berbagai media sosial (Medsos) terus berlangsung termasuk gugatan kepesertaan Prabowo-Gibran di Pilpres yang jelas-jelas diakui Menkopolhukam Mahfud MD sudah sesuai aturan hukum masih dipermasalahkan.
Akibatnya, masyarakat semakin tidak simpati kepada pasangan ini. Pada hal disetiap kesempatan Ganjar selalu mengingatkan untuk tidak menjelekkan lawan politiknya tapi dengan beradu gagasan dan berkampanye dengan riang dan gembira. Kenapa suara Ganjar tidak di dengar ? Atau pendukungnya sulit dikendalikan ?
Disini lah tim sukses TPN Ganjar-Mahfud untuk turun gunung meluruskan dan mengoreksi agar tidak lagi menyerang pribadi lawan politiknya seperti yang dilakukan pendukung atau para buzzer nya, karena sudah tidak jamannya lagi menjelekkan dalam kontestasi Pilpres 2024.
PDIP sebagai partai terbesar dalam koalisi ini sepertinya sudah lupa dengan serangan politik yang dilakukannya saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tampil di Pilpres, begitu juga dengan Jokowi muncul di dua periode menjadi Presiden sempat dihina oleh lawan politiknya.
Kenapa kubu pengusung Ganjar-Mahfud belum sadar malah terus menerus menyerang keluarga Jokowi ? Banyak yang menafsirkan bahwa Partai Moncong Putih ini terlihat sedang bimbang menghadapi pilpres kali ini. Mereka tidak pernah berpikir suasana Pilpres 2024 akan serunyam ini.
Karena itu publik mulai melihat bahwa pendukung dan simpatisan Ganjar-Mahmud takut kalah sehingga menyalahkan keluarga Jokowi pada hal Jokowi masih kader sejati PDIP. Bahkan banyak kalangan berpendapat serangan ini akan semakin meningkat menjelang pencoblosan mendatang.
PDIP sebagai motor penggerak harus segera sadar bahwa tidak lagi jamannya membangun narasi mengkritisi yang tak perlu apalagi menjelekkan dalam kontestasi Pilpres. Segera merubah haluan tunjukkan bahwa PDIP sebagai partai wong cilik, bukan partai yang licik.
Segera berbenah, waktu dua bulan lebih masih cukup untuk melakukan konsolidasi di akar rumput. Bangun narasi baru yang menyejukkan di masyarakat. Momentum kampanye perbanyak turun menyentuh lapisan masyarakat paling bawah, karena PDIP kuat dan jago di level ini. Semoga !.