Ia tidak sekadar menjadi calon yang mengekor kepada Jokowi, namun ia ingin menjadi “produk baru” dari proses politik nasional yang memiliki warna sendiri.
Ganjar menunjukkan independensinya meskipun ia dan Jokowi sama-sama dilahirkan dari rahim partai yang sama, PDI Perjuangan (PDIP).
Ia juga mulai memetakan dukungan dari kelompok lain yang selama ini berseberangan dengan Jokowi dan koalisinya, Gerindra-Golkar-PAN-Demokrat- PSI dan kekuatan lain yang pro status quo.
Kekuatan pendukung anti Jokowi yang selama ini digenggam sendiri oleh Anies Baswedan bukan kecil jumlahnya.
Bila Ganjar bisa menarik atau setidaknya mengambil sedikit irisan dengan kekuatan yang digenggam Anies Baswedan ini, ia bisa menambah ceruk suaranya.
Dan, strategi ini menjadi pengubah arah pertarungan dari tiga kekuatan Prabowo vs Ganjar vs Anies.
Dengan mengambil posisi sedikit kritis kepada Jokowi, Ganjar bisa mengambil irisan dari kelompok anti Jokowi.
Dan, ini akan menjadikan posisi Prabowo yang nyata-nyata pro Jokowi akan di sudut tunggal yang dikepung oleh Ganjar dan Anies.
Posisi demikian akan menguntungkan kubu Ganjar dan Anies bila salah satu di antara mereka tidak lolos ke putaran kedua Pilpres 2024.
Bila posisi demikian berlanjut, siapa pun yang maju ke putaran kedua, baik Ganjar atau Anies akan saling dukung satu sama lain.
Migrasi dukungan suara akan berjalan alami baik dari kubu Ganjar maupun Anies.
Bila Ganjar yang mau ke putaran kedua, besar kemungkinan ia akan meraih dukungan dari suara Partai Nasdem, PKB, dan militan Anies Baswedan.