DEPOK, POSKOTA.CO.ID - Sejumlah pedagang kelontong di Depok, Jawa Barat resah dengan adanya ajakan ancaman boikot terhadap produk-produk pendukung Israel. Mereka khwatir, hal itu justru akan mematikan usaha pedagang kelontong.
Mengingat, barang-barang yang mereka jual itu adalah produk-produk yang diproduksi di dalam negeri dan bukan barang impor dari Israel.
"Kalau ajakan boikot itu terus digaungkan, bisa jadi makanan, minuman, terutama air galn yang saya jual tidak laku. Alhsil saya pun tak bisa menafkahi keluarga di kampung, padahal seperti penjualan air galon Aqua paling laris terjual," ucap Ucok, salah satu pedagang klontong di Pasar Cisalak, Depok.
Menurutnya, bahwa serangan Israel terhadap warga Palestina di Gaza tersebut merupakan bentuk pelanggaran HAM berat. Namun, ia tidak setuju bila ada ajakan boikot produk-produk dukungan Israel karena hal itu malah bakal mendzolimi saudara Muslin terdekat sendiri.
“Kita kan bisa membantu dengan mendoakan atau ikut menyumbang. Tapi janganlah melakukan boikot yang justru akan merugikan umat Islam seperti saya ini yang hanya mengandalkan hidup dari hasil jualan ini," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Sutarmi, pedagang kelontong lainnya yang berjualan di wilayah Cisalak Pasar, Depok.
Ibu beranak dua yang sudah ditinggal mati suaminya sejak beberapa bulan lalu ini juga merasa resah mendengar adanya ajakan dari pihak-pihak tertentu untuk melakukan boikot terhadap produk-produk yang menurut dia gak ada hubungan dengan Israel.
“Saya khawatir ini bisa berdampak terhadap barang-barang yang saya jual, baik makanan dan minuman. Kami kan tidak menjual produk dari Israel. Semua produk yang saya jual dibuatnya di Indonesia oleh karyawan Indonesia,” tuturnya.
“Apalagi air galon isi ulang, sudah banyak yang jadi pelanggan di warung saya. Tapi, kalau dengan adanya isu boikot itu dagangan saya menjadi sepi, otomatis penghasilan saya akan merosot dan saya tidak akan bisa lagi membiayai kebutuhan anak-anak saya," terang Sutarmi kembali.
Peneliti Pusat Industri Perdagangan dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus mengatakan aksi boikot itu justru akan berdampak terhadap masyarakat Indonesia sendiri.
“Boikot itu hanya akan merugikan ekonomi kita, dan membuat tenaga kerja yang bekerja di perusahaan-perusahaan yang produk-produknya diboikot banyak yang menganggur,” katanya.