Perubahan Iklim jadi Ancaman Global, Menag Ajak Penanganan Lintas Agama

Rabu 04 Okt 2023, 19:29 WIB
Menag Yaqut Cholil Coumas saat menghadiri konferensi perubahan iklim. (Ist)

Menag Yaqut Cholil Coumas saat menghadiri konferensi perubahan iklim. (Ist)

JAKARTA,POSKOTA.CO.ID - Menag Yaqut Cholil Coumas menilai perubahan iklim telah menjadi ancaman global yang semakin mendesak, dan mengatasi masalah ini memerlukan kolaborasi lintas agama, budaya, dan negara.

Sebab Itu, Menag berharap, kegiatan yang mengambil tema "Ikhtiar Menghadirkan Kembali Nilai-Nilai Agama dan Budaya Lokal dalam Pelestarian Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan" ini dapat memberikan hasil yang aplikatif. 

Itu diutarakan Menag dalam sambutan yang dibacakan Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki, Rabu (4/10/2023) pada acara Konferensi Agama dan Perubahan Iklim Asia Tenggara (Conference on Religion and Climate Change - South East Asia (CORECS) 2023 di Jakarta, Rabu (4/10/2023)

Konferensi yang diinisiasi Majelis Hukama Al-Muslimin (MHM) ini dihadiri 150 perwakilan berbagai agama dari sejumlah negara di wilayah Asia Tenggara.

Tampak adir juga Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla, Waketum MUI KH Marsudi Syuhud, Sekjen MHM Konselor Mohamed Abdelsalam, Pendiri dan Anggota MHM KH Quraish Shihab, dan Anggota Komite Eksekutif MHM TGB Muhammad Zainul Majdi.

Hadir juga, para ilmuwan, pemikir, dan pemuda yang peduli terhadap isu perubahan iklim. Konferensi membahas peran agama dalam menghadapi dampak negatif perubahan iklim.

Menag menyampaikan tantangan terbesar yang dihadapi dunia adalah perubahan iklim. Ia mengatakan kontribusi agama dalam memecahkan masalah ini semakin relevan dan harus ditingkatkan secara global. 

Menag mengungkapkan saat ini di Indonesia inisiasi nyata untuk mengatasi perubahan iklim telah banyak dilakukan tokoh dan institusi agama di tingkat lokal. 

"Di Indonesia, kami melihat komitmen nyata dalam tingkat lokal, seperti pesantren ekologi yang mendidik para pemeluk agama untuk lebih peduli terhadap lingkungan," papar Menag.

"Ada pula pendirian lembaga yang fokus menangani isu perubahan iklim, seperti yang dilakukan oleh Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama. Isu ketidakadilan ekologis juga telah dibahas dalam lingkungan gereja Indonesia," imbuhnya. 

Ia berharap, inisiasi-inisiasi ini dapat menjadi contoh sekaligus langkah awal untuk membuat gerakan terpadu guna mengatasi perubahan iklim. "Kita dapat mencari solusi-solusi yang inovatif untuk menghadapi tantangan ini, seperti merenovasi atau membangun gedung ibadah yang ramah terhadap iklim Indonesia, serta mengadopsi konsep-konsep lokal yang mendukung keberlanjutan, seperti yang terlihat dalam desain Masjid Al Risyad di Jawa Barat," ungkap Menag. 

Berita Terkait

News Update