HUT ke-25 Paguyuban Warga Tionghoa, KH Marsudi Syuhud Harap Semua Pihak Terima Perbedaan

Senin 02 Okt 2023, 14:58 WIB
Acara HUT ke-25 Paguyuban Warga Tionghoa (lst)

Acara HUT ke-25 Paguyuban Warga Tionghoa (lst)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH Marsudi Syuhud mengapresiasi perayaan organisasi Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) ke-25.

KH Marsyudi Syuhud bahkan ikut hadir dalam gelaran perayaan HUT PSMTI ke-25 itu. Dalam keterangannya, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini berharap agar organisasi PSMTI bisa menjadi wadah menyatukan Tionghoa ke dalam masyarakat Indonesia secara utuh.

"Saya ucapkan selamat. Mudah-mudahan dengan adanya Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia ini, menjadikan, menyatukan warga Tionghoa, untuk menyatu di bumi nusantara ini. Terutama di Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata KH Marsyudi Syuhud, disitat redaksi Poskota, Senin 2 September 2023.

Menurutnya, NKRI merupakan wilayah kesatuan yang di dalamnya sudah termasuk dengan masyarakat Tionghoa. Apalagi, masyarakat Tionghoa juga sudah ada sejak lama di Indonesia, sebelum adanya kemerdekaan.

Maka itu, hubungan sosial antara masyarakat pribumi dengan Tiongoa, disebut sudah terjadi sejak ratusan tahun lamanya. Dan kini, dia berharap besar pada organisasi PSMTI yang merayakan milad ke-25-nya.

"Saya mengucapkan selamat dan mengapresiasi, mudah-mudahan, ini menjadi wahana penyatuan, dan persatuan untuk warga Tionghoa, di NKRI."

Terkait fokus pendidikan yang bakal menjadi target organisasi tersebut, Marsudi Syuhud juga menyambut baik. Sebab sangat disadari bahwa pendidikan merupakan hak dasar manusia.

"Pendidikan salah satu yang tidak pernah berhenti, karena ketika mahluknya Allah, manusia melahirkan, itu semua butuh pendidikan."

Di akhir ungkapannya, Marsudi Syuhud berharap agar ke depan, baik organisasi Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan Tionghoa bisa saling menerima perbedaan. Apalagi Indonesia juga dikenal akan pluralismenya.

"Mudah-mudahan ke depan semua bisa menerima dengan baik, atas perbedaan yang pasti ada. Berbagai perbedaan dalam konteks budaya, perbedaan dalam konteks bahasa, perbedaan dalam konteks warga bangsa."

"Dulu mungkin disebut Tionghoa, China, ketika sudah jadi bangsa Indonesia, tak ada bangsa lainnya, tetapi hanya satu bangsa Indonesia," ujar Marsudi Syuhud.

News Update