ADVERTISEMENT
Minggu, 1 Oktober 2023 22:29 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Tarif Lintas Rel Terpadu (LRT) Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi (Jabodebek) resmi ditetapkan sebesar Rp3.000 - Rp20.000 ribu rupiah dan mulai berlaku pada hari ini, Minggu, 1 Oktober 2023.
Menanggapi hal tersebut, pengamat tata kota dan transportasi Yayat Supriatna mengatakan, bahwa tarif LRT tersebut tidak akan membuat masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum.
Pasalnya, tarif layanan transportasi yang belum terintegrasi atau masih terpisah-pisah membuat beban biaya transportasi yang ditanggung masyarakat berat, karena harus melakukan beberapa kali pembayaran untuk sampai ke tempat tujuan.
Ia pun mencontohkan, orang yang naik LRT Jabodebek dari Cibubur ke Dukuh Atas harus membayar lagi ketika melanjutkan perjalanan dengan KRL atau MRT Jakarta.
"Orang ada yang harus melakukan dua kali pembayaran atau tiga kali. Jadi, kalau menurut saya, alangkah bagusnya supaya lebih terintegrasi, itu setahun dua tahun ke depan, cobalah duduk bersama kemudian dihitung bersama-sama (besaran tarif terintegrasinya)," ujar Yayat saat dikonfirmasi awak media, Minggu (1/10).
Dengan begitu, dikatakan Yayat, tarif LRT yang resmi ditetapkan pemeritah dapat dibilang mahal, karena tidak terintegrasi dengan transportasi lainnya.
"Kita butuh tarif terintegrasi sehingga ketika kita berpindah layanan, misalnya dari LRT ke KRL, kita tidak nambah biaya lagi. Sekarang sih masih kelihatan mahal (tarif LRT yang ditetapkan) menurut saya. Kalau bisa (diupayakan) bagaimana tarif menjadi terintegrasi agar lebih kompetitif," tuturnya.
Yayat membeberkan, sejauh ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah mengambil inisiatif dalam pengintegrasian tarif antarmoda.
Langkah Pemprov DKI tersebut perlu diikuti untuk skala yang lebih luas agar pembangunan moda transportasi yang gencar dilakukan pemerintah selama ini betul-betul membuat layanan dan tarif transportasi makin terintegrasi sehingga membuat besaran biaya perjalanan yang ditanggung masyarakat semakin berkurang.
Lebih lanjut, kata Yayat, jika biaya perjalanan dengan angkutan umum nyaman dan terjangkau, masyarakat diyakini mau beralih menggunakan kendaraan umum ketimbang kendaraan pribadi, seperti sepeda motor.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT