"Ngeropak ngambil berkat dari Panjang Maulid. Tapi boleh juga ngebagiin, orang sengaja datang bebas dari mana saja untuk cari dan berebut yang ada di Pajang," kata pegiat Sejarah, Aris Munzihat, Minggu (1/10/2023).
Aris menyebutkan, kegiatan ngeropak bisa didatangi masyarakat dari berbagai daerah.
Misalnya, acara ngeropak dilakukan di Kota Serang, tapi warga Kabupaten Serang dan Cilegon bisa mengikuti ngeropak.
"Makanya ada kericuhan, saking berebutnya," ungkapnya.
Ia menerangkan, acara arak-arakan atau pawai dalam Panjang Mulud telah ada sejak Kesultanan Banten saat dipimpin Sultan Abdul Mafakhir sekira tahun 1930.
Namun, pihaknya tidak bisa memastikan konsep ngeropak saat ini sama seperti zaman Kesultanan Banten, lantaran belum menemukan bukti sejarahnya.
"Kalau zaman kesultanan saya belum tahu polanya, emang sejak 1930 an sudah ada Panjang Mulud," jelasnya.
Menurutnya, ngeropak dapat dimaknai sebagai bentuk sedekah, gotong royong, dan saling membantu terhadap yang membutuhkan.
"Maknanya sedekahan, itu bagian konsepsi ajaran Islam yang dibawa Rosul," paparnya.
Sementara itu, Pegiat Budaya, Saiful Iskandar menerangkan, ngeropak biasanya dilakukan setelah riuangan atau baca doa di masjid.
"Ngeropak dilakukan setelah riuangan baca doa. Baru dilakukan arak-arakan atau hanya pembagian berkat," terangnya.
Kegiatan itu sebagai bentuk meneladani kepribadian Nabi Muhammad yang telah mengajarkan akhlak, memanusiakan manusia serta patuh pada Tuhan.