Ia pun menyebut, TikTok Shop sudah kebablasan dalam fungsi awalnya sebagai sosial media. Belakangan, kata Mega, aplikasi yang digunakan oleh sekitar 150 juta warga Indonesia itu pun telah merambah ke digital commerce. Yang mana di antara keduanya tidak bisa disatukan.
Perkembangan TikTok yang kian hari kian meningkat, membuat para artis dan produsen pun ikut bersaing dengan para pelaku UMKM dalam menjaring konsumen melalui TikTok Shop.
Tak bisa dipungkiri, TikTok sendiri memang dianggap salah satu inovasi digital yang kian hari kian berkembang. Namun di sejumlah negara maju, seperti Amerika dan beberapa negara di Eropa, keberadaan TikTok Shop justru ditolak.
"Jadi Indonesia yang seharusnya mengedepankan produk-produk di dalam negeri, kita punya UMKM sampai dengan 65 juta, itu harusnya yang UMKM juga mengikuti. Tapi rasanya ini terlalu memusingkan. Karena apa? Karena dia bermain dengan harga, predatory pricing ((jual rugi). Harganya luar biasa, untuk kemeja saja misalkan Rp 5-8 ribu. Jadi bagaimana UMKM kita bisa bersaing dengan predatory pricing seperti itu," urai Mega.
Sebetulnya, sambung Mega, pemerintah sudah mengatur terkait dengan e-commerce ini, melalui Permendag nomor 80 tahun 2019 tentang perdagangan menggunakan sistem elektronik. Di mana aturan tersebut mengatur pengusaha luar negeri perlu memiliki kantor perwakilan secara fisik di Indonesia.
Akan tetapi mereka justru kini bermain di TikTok Shop. Walaupun sebagian UMKM mendapat tempat, tetapi tetap saja produk-produk itu adalah barang dari China.
"Pintarnya Tiktok dengan sedemikian rupa algoritmanya, bisa mendeteksi apa yang konsumen butuhkan, itu dia langsung bisa (dapatkan)," tambahnya.
Dengan adanya permainan algoritma dan predatory pricing atau banting harga tersebut, akhirnya para pengguna Tiktok tak hanya membeli apa yang dibutuhkan, tapi juga bisa membangkitkan kebutuhan seseorang, dari yang awalnya tidak ingin berbelanja, menjadi memutuskan untuk membeli suatu barang yang di luar kebutuhannya.
"Kita bukan kontra dengan perkembangan teknologi, tapi kalau itu sampai mematikan UMKM kita yang sekian banyaknya karena tidak bisa bersaing dari sisi harga, itu kan luar biasa dampaknya," cetusnya.
Menurut Mega, teknologi yang canggih dan bisa memproduksi suatu produk secara massal membuat produk-produk dari China memiliki banderol yang teramat murah.
Selain harga yang murah, TikTok shop sendiri menyajikan suatu produk yang ditampilkan secara langsung dengan deskripsi yang dijelaskan secara lengkap oleh sang penjual. Apalagi dikemas dengan konten live.