JAKARTA, POSKOTA.CO.ID- Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto dinilai memiliki post election effect yang sangat kuat setelah Pilpres 2019 lalu. Hal ini menjadikan lawan politiknya menggunakan berita hoaks dan fitnah sebagai satu-satunya cara agar bisa menjatuhkan Prabowo di Pilpres 2024 mendatang.
Prabowo memiliki basis pemilih yang bersifat tetap karena sudah dua kali mengikuti pilpres sejak tahun 2014. Itu menjadi alasan kuatnya Prabowo di Pilpres 2024 mendatang, sehingga banyak fitnah yang ditujukan kepadanya.
"Pak Prabowo ini punya Post Election Effect, dia sudah mengikuti dua kali pilpres jadi punya basis pendukung tetap sejak Pilpres 2014," kata Direktur Eksekutif Survei and Polling (SPIN), Igor Dirgantara saat dihubungi, Kamis (21/9).
Menurut Igor, itu menjadi keunggulan yang tidak dimiliki oleh kandidat lain. Sehingga sangat sulit mengalahkan Prabowo di Pilpres 2024.
"Itu menjadi suatu keunggulan yang tidak dimiliki oleh Ganjar dan Anies," ujar Igor.
Hal tersebut memunculkan cara-cara kotor untuk menjatuhkan Prabowo dari puncak elektabilitas sebagai capres. Salah satunya dengan menebarkan fitnah dan berita hoaks tentang Prabowo seperti yang dilakukan akun-akun Youtube Seword TV, Cokro TV, dan Youth TV Indonesia.
Ketiga kanal tersebut cenderung mengulas hal-hal negatif tentang Prabowo bahkan capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan. Sebaliknya, kanal tersebut justru mengulas hal-hal positif tentang Capres PDI Perjuangan Ganjar Pranowo.
"Sehingga satu-satunya cara untuk menjatuhkan Pak prabowo itu lewat hoaks dan ujaran kebohongan karena pendengung-pendengung penyebar hoaks itu terasosiasi dengan kelompok yang sering menyebarkan berita manipulatif," ujarnya.
Sebelumnya, Prabowo dalam kanal Seword TV difitnah telah melakukan penamparan dan mencekik Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi. Akun tersebut memberitakan informasi yang justru tidak jelas asal-usulnya seperti apa dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Apa yang dilakukan kanal Seword TV berpotensi memperkeruh suasana politik Indonesia yang seharusnya bisa berjalan dengan damai dan tenang. Fitnah tersebut dinilai bisa memicu terjadinya perselisihan di antara masyarakat.