DEPOK, POSKOTA.CO.ID - Pasca kejadian ada pelarangan keberadaan Kapel atau rumah ibadah di Cinere, Wali Kota Depok, M Idris angkat bicara.
"Telah sangat lama bahkan sejal dulu di Depok sudah toleransi, terutama dalam hal beragama. Meski ada tudingan intoleransi," ujar Idris kepada wartawan usai dikonfirmasi, Rabu (20/9/2023).
Orang nomor satu di Pemkot Depok ini mengatakan isu intoleransi sudah muncul beberapa kali di Depok. Hal tersebut dikatakan Idris diliat dari penilaian sebagian kecil orang.
"Sejak dulu Depok sudah menjadi toleran. Yang bilang intoleran segelintir orang saja," ucapnya.
Idris mengungkapkan toleransi di Kota Depok tidak bisa dihapuskan hanya karena segelintir kasus yang mencuat belakangan ini.
"Soal perizinan gereja di Depok sudah ada beberapa yang ditanda tangan. Seperti gereja di daerah Sukmajaya, Jalan Raya Kartini bahkan saya sendiri menghadiri. Sudah ada sekitar 8 gereja katolik se-Depok. Protestan ada 161 gereja terbanyak di Pancoran Mas, Cimanggis, disusul ketiga Cinere," pungkasnya.
Idris juga berbicara soal gereja-gereja di Depok lama yang disebutnya tidak pernah diusik pemerintah kota. Bahkan ada tempat pembinaan pastur di wilayah tersebut yang dikatakannya juga tidak pernah diganggu.
"Terus cuman gara-gara satu kasus dibilang intoleran, di zaman Nabi aja ada yang berzina masa lalu disebut negara zina. Berapakah kasus yang ada di Indonesia? Di tiap kota? Jangan melihat negatifnya satu, tapi kita melihat mana yang positif," bebernya.
Komentar Idris ini merupakan sebagai respon dari isu pelarangan ibadah di Kapel atau rumah doa yang ada di Jalan Raya Gandul, Kecamatan Cinere, Kota Depok.
"Sekali lagi tidak ada larangan beribadah, pengurus Kapel dikatakan hanya perlu mengurus persyaratan administrasi seperti kelayakan gedung ruko yang dipakai untuk ibadah," tutupnya. (Angga)