“Saya nasinya separo saja. Lauk biasa, tahu tempe. Sayur apa saja yang penting banyak kuahnya,” kata Heri ketika bersama sohibnya, Mas Bro dan Yudi maksi di warteg favoritnya.
“Tumben mas nasinya separo,” kata Ayu Bahari, pengelola warteg.
“Iya, biasanya malah nambah, satu setengah,” ujar Yudi.
“Lagi diet kali biar langsing,” tambah Mas Bro.
“Bukan diet, tapi ngirit. Kalian enggak tahu harga beras lagi mahal,” kata Heri.
“Iya sih. Tapi warteg ini sangat pengertian karena tidak menaikkan harga nasi,” ujar Yudi.
“Dengan mengurangi porsi makan nasi berarti sudah ngirit konsumsi beras yang harganya masih mahal. Sekalian ikutan membantu warteg,” kata Heri.
“Boleh juga ide kamu, asal makan nasi separo bayar tetap utuh, baru namanya membantu warteg langganan kita ini,” kata Yudi.
“Nggak masalah, kita harus saling pengertian menghadapi beban hidup,” ujar Heri.
“Setuju jangan karena harga beras lagi naik, lantas ada pihak yang menimbun barang.Kalau barangnya langka, harga bisa terus terkerek,” kata Mas Bro.
Seperti diberitakan, harga beras terus mengalami kenaikan. Berdasarkan data, rata – rata harga beras medium secara nasional dalam pekan ini sudah di angka Rp 13.950 per kg, di atas harga eceran tertinggi (HET) Rp 10.900 per kg. Harga rata- rata beras premium di angka Rp14.390 per kg, HET Rp13.900 per kg.
Sejumlah pedagang pun mengatakan, ini bukan kenaikan lagi, tetapi sudah ganti harga.
“Kita berharap, apa pun penyebab kenaikan harga beras, segera teratasi. Harga kembali ke posisi normal, jika tidak akan menimbulkan inflasi dalam beberapa bulan ke depan,” kata Yudi.
“Kalau inflasi pangan naik, berakibat kepada melemahnya daya beli masyarakat, lebih –lebih orang kecil seperti kita ini,” kata Mas Bro.
“Lebih berdampak lagi kalau stoknya menipis, lantas disusul adanya kenaikan harga komoditas pangan yang lain. Kita berharap itu tidak terjadi,” ujar Yudi.
“Semoga harapan rakyat kecil ini ditangkap para elite politik dan pejabat negeri, untuk segera melakukan upaya lebih ekstra stabilkan harga,” kata Heri.
“Urusan politik penting, urusan perut tak kalah pentingnya,” (joko lestari)