Rektor IPB Setuju Penghapusan Skripsi: Standar Lulus di Indonesia Berat

Sabtu 02 Sep 2023, 09:47 WIB
Rektor IPB sepakat dengan penghapusan skripsi. Foto: Pixabay.

Rektor IPB sepakat dengan penghapusan skripsi. Foto: Pixabay.

BOGOR, POSKOTA.CO.ID - Rektor IPB Arif Satria menyebut pihaknya menyambut baik adanya anjuran penghapusan skripsi dalam syarat lulus mahasiswa S1. Ia pun mengaku sejak 2019 telah mengeluarkan panduan bagi sarjana dan diploma syarat lulus kuliah tidak melulu harus berbentuk skripsi

"Tugas akhir itu tidak harus berbentuk skripsi yang berbasis riset tetapi bisa laporan magang, bisa laporan pengembangan masyarakat di lapangan, bisa dari riset, bisa dari bisnis plan," kata Arif kepada wartawan, pada Dies Natalis ke-60 IPB University, Jum'at (1/9/2023).

Jadi, kata Arif, mahasiswa yang memiliki fashion dalam pengembangan masyarakat, maka ia harus melakukan pengembangan masyarakat di satu semester itu bisa langsung diklaim sebagai tugas akhir. 

"Tapi syaratnya mereka tetap harus membuat laporan akhir yang tidak serumit skripsi riset, laporan akhir untuk melatih skill agar bisa menuangkan pengalamannya dalam bentuk tulisan yang mudah dibaca dan memenuhi standar akademik," ujarnya. 

Jika melihat negara maju seperti Amerika, syarat untuk lulus kuliah setingkat S1 sudah tidak perlu lagi membuat riset skripsi. Selain itu menurut Arif, mahasiswa S2 di Inggris tidak lagi perlu membuat tesis untuk syarat akhir kelulusan. 

"Indonesia itu standarnya berat sekali, bahkan S1 nya indonesia itu sebenarnya sebagian besar itu bisa ditafsirkan S1 di IPB itu kualitasnya, risetnya setara dengan S3 kan kasian dibebani dengan standar tinggi banget," tambahnya. 

Arif pun mengaku tidak khawatir dengan dihilangkannya skripsi pada syarat akhir kelulusan untuk mahasiswa S1, karena telah diikuti dengan mekanisme sebelumnya. 

"Mekanisme apa? MBKM, mekanisme mahasiswa itu meningkatkan kualitas melalui magang di masyarakat atau melalui bisnis jadi tetap membuat laporan ini. Dari bisnisnya, magangnya, pengembangan masyarakatnya," paparnya.

Justru, sambung Arif, mahasiswa yang langsung terjun di masyarakat selama 6 bulan akan merasa keterampilan soft skillnya itu jauh lebih mahal dan tidak bisa di dapat hanya dengan kuliah di kelas. 

"Jadi kuliah di kelas mengalami keterbatasan, kalau riset saja tidak melibatkan masyarakat dia hanya study, mengamati, bagi bagi kuisioner, diolah tanpa ada keterlibatan bagaimana dia berusaha berkolaborasi dengan masyarakat itu yang penting. Jadi menurut saya fleksibilitas opsi mahasiswa mau lulus itu sekarang sudah dibuka dan mempraktikan jauh jauh sebelumnya," tuturnya.

Akhirnya, sambung Arif, begitu Kementerian mengeluarkan kebijakan penghilangan syarat skripsi dalam ujian akhir kuliah, IPB menyambut baik hal tersebut, karena telah menerapkannya sejak 4 tahun lalu.

Berita Terkait
News Update