AKSI perampokan minimarket di kawasan Jabodetabek kembali marak. Dalam dua minggu terakhir, tiga minimarket disatroni penjahat. Mereka mengincar uang tunai yang disimpan dalam brankas hasil penjualan di pusat perjualan bahan kebutuhan warga tersebut.
Dalam aksinya, kawanan bandit ini melengkapi diri dengan senjata api dan senjata tajam jenis golok. Ini dilakukan dengan tujuan untuk menakut-nakuti korbannya sekaligus menyandera karyawan minimarket agar dalam aksinya berjalan tanpa halangan.
Terakhir, mereka beraksi di wilayah Bekasi. Empat garong masuk ke minimarket yang sudah siap-siap untuk tutup. Satu pelaku berpura-pura hendak membeli rokok, satu lainnya masuk mendampingi rekannya.
Sementara dua lainnya menunggu di luar sambil memantau situasi. Ternyata, saat kedua rekannya yang di dalam sudah beraksi, mereka pun ikut nyusul dan serempak menodong serta menyandara karyawan yang ada.
Tentu saja menghadapi kawanan penjahat berpistol dan bergolok itu, nyali karyawan minimarket tersebut menjadi ciut. Mereka juga khawatir takut menjadi sasaran kebrutalan pelaku.
Tanpa perlawanan, akhirnya pelaku menggasak uang tunai dan rokok senilai total Rp46 juta. Uang tersebut merupakan hasil penjualan minimarket sejak pagi hingga malam hari.
Yang menjadi pertanyaan, mengapa begitu mudahnya para pelaku mengincar minimarket sebagai sasaran empuk.
Agar peristiwa serupa tidak terulang, sebaiknya pemilik minimarket melengkapi tempat usahanya dengan alarm canggih, yang kalau sekali tekan bisa berbunyi kencang.
Alarm seperti ini banyak terdapat di bank konvensional. Para karyawan minimarket harus diajarkan untuk berani memencet tombol alarm jika sewaktu-waktu tempat kerjanya mencari nafkah disatroni bandit.
Diharapkan dengan adanya alarm yang berbunyi kencang tersebut, penjahat akan kapok untuk beraksi. Mereka pasti panik saat mendengar alarm bunyi nyaring di tengah malam.
Masyarakat pun yang mendengar alarm tersebut pasti membantu untuk meringkus pelaku. Hal ini dapat dilihat dari beberapa waktu lalu saat tiga perampok beraksi di Jakarta.