Ancaman Kirisis Air Bersih

Sabtu 26 Agu 2023, 05:29 WIB
Pendistribusian bantuan air bersih. (Samsul Fatoni)

Pendistribusian bantuan air bersih. (Samsul Fatoni)

Apakah Jakarta siap menghadapi krisis air? Menurut data dari Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk di Jakarta pada tahun 2021 mencapai 10,6 juta jiwa dan diperkirakan akan terus meningkat di sisi lain, masalah pasokan air bersih di Jakarta masih menjadi isu yang belum juga tuntas. 

Bukan hanya di Jakarta sebetulnya krisis air adalah permasalahan global yang semakin memprihatinkan. Menurut laporan PBB, sekitar 2,2 miliar orang di dunia tidak memiliki akses  air minum yang aman dan lebih dari 4,2 miliar orang tidak memiliki akses ke fasilitas sanitasi yang layak. Selain itu, perubahan iklim juga semakin memperburuk krisis air global dengan adanya perubahan pola curah hujan, peningkatan kekeringan dan banjir ekstrem.

Di Jakarta, krisis air menjadi permasalahan yang semakin meningkat yang diakibatkan berbagai faktor mulai dari pertumbuhan populasi, perubahan pola hujan, penurunan kualitas air, maupun tercemarnya sungai dan danau. Penyediaan air bersih dan sanitasi yang memadai bagi penduduk Jakarta masih menjadi tantangan yang dihadapi. 

Berdasarkan data dari PD. PAM Jaya, saat ini kebutuhan air di DKI Jakarta mencapai 24.000 liter per detik, sedangkan kapasitas produksi PAM Jaya hanya sebesar 20.225 liter per detik, menyebabkan defisit kebutuhan air bersih sekitar 4000 liter per detik. Jika tidak ada penambahan kapasitas produksi atau supply air curah, defisit ini akan semakin meningkat.

Berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2022, persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan sumber air minum layak dan berkelanjutan mencapai sekitar 97,93 persen, sedangkan cakupan pelayanan air bersih hanya mencapai sekitar 65,41 persen. Kondisi ini menjadi penting untuk ditangani guna menjaga ketahanan air di Provinsi DKI Jakarta, terutama mengingat tingkat pemanfaatan air tanah yang tinggi di Jakarta yang diketahui menjadi salah satu penyebab utama terjadinya penurunan muka tanah (land subsidence) di Jakarta. (*)

News Update