JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Peristiwa cuaca ekstrem dan banjir bandang yang melanda negara China baru-baru ini, menyusul larangan ekspor beras tertentu oleh India, diperkirakan akan berdampak lama pada pasar beras global.
Bagi negara-negara yang sangat bergantung pada impor beras, hal tersebut menjadikan kenaikan harga beras tidak akan berhenti dalam waktu dekat dan ketahanan pangan akan menjadi perhatian jangka panjang.
Perusahaan pasar keuangan Fitch Ratings mengatakan dalam sebuah laporan baru-baru ini bahwa wilayah penghasil biji-bijian timur laut China telah menghadapi hujan lebat dalam beberapa bulan terakhir, menyebabkan hasil panen lebih rendah dan mungkin mendorong kenaikan harga beras global semakin melonjak.
Secara khusus, provinsi Heilongjiang, Mongolia Dalam, dan Jilin, yang menyumbang 23% dari total produksi biji-bijian China pada tahun 2021, diyakini telah terpukul parah oleh sisa-sisa Topan Doksuri.
India, salah satu negara pengekspor beras terbesar di dunia, bulan lalu mengumumkan larangan ekspor beras putih non-basmati untuk "memastikan ketersediaan yang memadai" serta "mencegah kenaikan harga di pasar domestik".
Firma analisis pertanian dan iklim Gro Intelligence mengatakan langkah tersebut dapat "berisiko memperburuk kerawanan pangan" di negara-negara yang sangat bergantung pada impor beras.
India diketahui telah menyumbang lebih dari 40% perdagangan beras dunia dan beras putih non-basmati menyumbang sekitar seperempat dari total ekspor beras negara itu. Seiring dengan bencana banjir di China, larangan India telah menimbulkan masalah ketahanan pangan global.
Fitch memperkirakan hasil yang lebih rendah di beberpa wilayah yang terdampak banjir di China akan menaikkan harga biji-bijian dalam negeri dan dapat memaksa Beijing untuk mengimpor lebih banyak biji-bijian untuk memenuhi permintaan. Tahun lalu, China merupakan negara importir beras terbesar di dunia.
Kelly Goughary selaku riset senior di Gro Intelligent mengatakan jika kabar tersebut merupakan berita buruk lantaran stok yang rendah di negara-negara pengekspor beras kemungkinan akan mendorong harga beras keluar pada saat harga pangan global terseret oleh perang Rusia-Ukraina. Kelly juga menambahkan jika hal itu nampaknya tidak akan membantu beras China "memiliki toleransi yang buruk terhadap genangan air".
Indeks Harga Semua Beras Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FOA) menunjukkan bahwa harga beras dunia mencapai level tertinggi dalam hampir 12 tahun pada bulan Juli lalu.
Thailand, negara pengekspor beras lainnya, diketahui terkena dampak curah hujan yang terlalu sedikit. Goughary, seorang analis komoditas, mengatakan masalah yang dihadapi China dan negara penghasil beras Asia lainnya adalah "tanda yang tidak menyenangkan" tentang bagaimana cuaca dapat memengaruhi pasokan pangan global.