JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Banjir di sekitar ibukota China, Beijing, telah menewaskan sedikitnya 20 orang, media pemerintah melaporkan pada hari Selasa (1/8/2023), setelah berhari-hari hujan lebat menyebabkan pembatalan penerbangan, gangguan layanan dan puluhan kematian serta ribuan orang harus dievakuasi.
Curah hujan ekstrem dimulai Sabtu malam dan disebabkan oleh sisa-sisa Topan Doksuri, salah satu badai terburuk yang melanda China utara dalam beberapa tahun.
Beijing rata-rata hujan 10,2 inci dari Sabtu malam hingga Selasa pagi, menurut Xinhua, kantor berita negara China, lebih dari yang biasanya diterima sepanjang Juli. Curah hujan maksimum yang tercatat adalah 29 inci di Waduk Distrik Kota Changping.
Korban tewas termasuk 11 di Beijing dan sembilan di provinsi Hebei, mengutip dari otoritas setempat, kantor berita Xinhua melaporkan bahwa 27 orang lainnya hilang di Beijing dan enam di Hebei akibat peristiwa tersebut.
Di Beijing, di mana iklimnya gersang, hujan menutupi tempat-tempat indah, menutup jalur kereta bawah tanah dan membatalkan atau menunda ratusan penerbangan di dua bandara kota itu.
Di distrik Mentougou di pinggiran Beijing, salah satu yang paling terpukul, jalan tersumbat air, lumpur tebal, dan puing-puing hutan mengalir dari pegunungan terdekat
. Setidaknya satu kaki air tersisa di beberapa jalan di mana banyak kendaraan telah ditinggalkan dan alat berat, termasuk ekskavator, forklift, dan buldoser, bekerja untuk membersihkan air dan lumpur yang masih meluap di jalan, trotoar dan jalan masuk diblokir.
Sungai Yongding, tempat mobil-mobil hanyut terbawa banjir, masih dipenuhi air berwarna cokelat keruh dengan puing-puing. Orang-orang di sekitar, beberapa orang menutupi kantong plastik di luar sepatu mereka, berjalan dengan susah payah, sepeda motor macet.
Seorang pria masuk ke dalam mobilnya yang sebagian tergenang air untuk mengambil barang-barangnya dari bagasi, sementara staf di supermarket setempat menyekop lumpur dan dahan pohon yang patah dari pintu masuk utama.
Penduduk setempat mengatakan itu tidak seperti apa pun yang pernah mereka alami. "Ini bukan pertama kalinya saya menyaksikan hujan lebat seperti itu, tetapi tidak pernah banjir yang begitu parah," kata seorang pria bernama Qu yang telah tinggal di wilayah Mentougou hampir sepanjang hidupnya.
“Daerah pemukiman tidak memiliki air karena SPBU kebanjiran,” tambahnya.