ADVERTISEMENT

Obrolan Warteg: Bunga Bank

Sabtu, 29 Juli 2023 05:00 WIB

Share
Obrolan Warteg: Bunga Bank. (Poskota/Yudhi Himawan)
Obrolan Warteg: Bunga Bank. (Poskota/Yudhi Himawan)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Ada hal yang menarik dalam pertemuan antara Ketum Golkar, Airlangga Hartarto dengan Ketua DPP PDIP, Puan Maharani, di kediaman Airlangga, Jl Tirtayasa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (27/7/2023).

Seperti diberitakan, usai pertemuan Airlangga memberikan buket bunga mawar kepada Puan. Disebutnya sebagai bunga spesial berwarna merah dan kuning dan ini bunga politik. Merah identitas PDIP dan kuning adalah Golkar.

Menurut Puan, bunga ini menjadi tanda dimulainya jalinan komunikasi dan kebersamaan  antar – kedua parpol. Tanda cinta, artinya kita merasa punya hati yang sama. Semoga berlanjut sampai 14 Februari 2024.

 “Bunga memang melambangkan banyak makna.Bisa menjadi tanda cinta, kasih sayang, kelembutan, keindahan dan masih banyak lagi.Apalagi bunga politik, maknanya makin beragam lagi,” kata mas Bro mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, Heri dan Yudi.

Tapi dulu, saya bawakan bunga mawar merah kepada mantan pacar saat ultah, malah ditolak. Padahal milih bunganya sampai berjam - jam,” kata Yudi.

Kok bisa begitu, gimana ceritanya?. Wajib introspeksi karena tidak lazim. Biasanya wanita senang dengan bunga,” tanya Heri.

Mungkin bunganya tampak layu, tidak segar lagiMungkin saja dia tak suka mawar, tetapi tulip atau kamboja, kali ” timpal mas Bro.

Bukan itu alasannya. Dia bilang, ngapain cape – cape bawakan aku bunga. Aku sekarang tidak butuh bunga, kecuali bunga bank,” jelas Yudi.

Wah kalau ini sih bentuk penolakan secara langsung. Menolak cinta karena dinilai tidak punya masa depan,” urai mas Bro.

Saya melihatnya itu cewek berpikir realistis.Tidak ingin simbol – simbol, tetapi aksi nyata. Kalau senang, bilang terus terang nggak usah bawa – bawa bunga segala.Terus kedepannya seperti apa,” kata mas Bro.

Iya maksudnya dengan memberikan bunga biar terlihat romantis,tetapi yang terjadi hati teriris,” sindir Heri.

Sesama teman nggak boleh saling sindir. Boleh jadi, dia tergolong wanita yang praktis, logis dan pragmatis. Malah bagus, berarti tidak neko – neko,” tambah mas Bro.

Masak sih masalah perasaan nggak ada romantis-romantisnya. Politik saja penuh dengan simbol, kemana hendak berlabuh..” kata Yudi. (joko lestari)

ADVERTISEMENT

Editor: Novriadji Wibowo
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT