Momen berbagi

Senin 03 Jul 2023, 07:14 WIB

“Yang dibutuhkan adalah keteladanan para elite politik, pejabat negeri baik di pusat maupun daerah. Di negara manapun keteladanan pimpinan adalah penting untuk memberi motivasi dan bukti.”


-Harmoko-
 
Saling berbagi, memberi dan tolong menolong merupakan akar budaya bangsa kita. Sejak dulu, para leluhur telah mengajarkan, bahkan menerapkan dalam kehidupan sehari –hari, antar- tetangga, antar – kelompok dalam kehidupan bermasyarakat.

Lebih luas lagi dalam berbangsa dan bernegara, lebih – lebih lagi setelah akar budaya tadi dilegalkan sebagai pedoman hidup bangsa oleh para pendiri negeri kita ini.

Saling berbagi merupakan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan, kegotong – royongan. Itu pula mengapa dalam butir – butir pengamalan pedoman hidup bangsa, kita senantiasa diminta untuk mengembangkan sikap suka berbagi, memberi pertolongan kepada orang lain. Dengan harapan orang yang ditolong tersebut pada saatnya dapat berdiri sendiri, setidaknya untuk sementara waktu dapat terkurangi beban hidupnya.

Nilai luhur berbagi terletak kepada niat dan kesadaran. Memberi ataupun berbagi bukan dengan kesombongan, bukan pamrih, bukan pula pencitraan di tahun politik.

Agama apa pun mengajarkan, idealnya berbagi karena niat baik membantu seseorang yang sedang membutuhkan, sehingga yang menerima pun akan bersenang hati, ikhlas menerimanya, bukan karena keterpaksaan .

Dalam beberapa hari ini kita dapat menyaksikan sikap saling berbagi teraplikasi dalam ibadah kurban. Saling tolong menolong dan kegotong- royongan tercermin mulai dari penyembelihan hingga pembagian hewan kurban.

Semuanya kerja keras tanpa pamrih, tanpa berharap jasa dan imbalan. Kerja bareng demi kelancaran “momen berbagi”, tanpa membedakan latar belakang status sosial ekonominya, dan afiliasi politiknya.

Begitu juga hewan kurban dibagikan kepada warga yang berhak menerimanya sesuai syariat agama.Bukan atas dasar kedekatan, kekerabatan, apalagi kepentingan kelompoknya.

Itulah budaya kita yang sudah ada sejak dulu kala. Budaya yang tumbuh dan berkembang karena adanya kebersamaan, kepentingan dan tujuan yang sama.

Kita berharap budaya seperti saling berbagi, tolong menolong dan kegotong – royongan, tidak hanya teraplikasi dalam momen tertentu saja, setahun sekali. Tetapi setiap kali, setiap saat, kapan saja dan di mana saja.

Saling berbagi hendaknya menjadi agenda rutin dalam kehidupan sehari – hari. Bukan agenda rutin lima tahun sekali, bukan dijadikan budaya lima tahunan setiap jelang pemilu, pilpres, pileg dan pilkada.

Jika sebagai budaya lima tahunan, dapat diduga bobot berbagi lebih kepada upaya pencitraan. Demi memperbesar pundi – pundi  simpati sebagai modal memenangkan kontestasi.

Ini tak ubahnya budaya blusukan lima tahunan yang kini sedang menggelora karena rajin dilakukan para kandidat dan elite politik.

Kita butuh pemimpin yang rajin blusukan agar dapat mengetahui secara langsung kondisi masyarakat yang seutuhnya sebagai bahan mengambil kebijakan tepat sasaran guna menyelesaikan persoalan yang dihadapi rakyatnya.

Hanya saja, menyelesaikan masalah bukan harus menunggu lima tahun, tetapi setiap saat problema itu mencuat menghambat kehidupan rakyat.

Begitu pula, kita juga butuh pemimpin dan elite politik yang rajin berbagi kepada warga masyarakat pada setiap kesempatan, bukan menunggu kesempatan hajat politik lima tahunan.

Di era kini, menghadapi begitu banyak persaingan, perekonomian yang belum total membaik, masih jutaan warga yang hidup tersisihkan karena ketidakmampuan, dibutuhkan sikap saling peduli untuk berbagi.

Jumlah penduduk miskin pada September 2022 sebesar 26,36 juta orang, naik 0,20 persen dibandingkan Maret 2022. Diprediksi angka akan naik, jika salah kebijakan dalam merespons gejolak ekonomi global dan dampak kenaikan harga. Belum lagi jika bicara soal angka pengangguran dan kesenjangan yang cenderung menggeliat.

Saatnya menggelorakan sikap berbagi di tahun politik itu sebagai momen menggerakkan ekonomi rakyat. Jangan kotori momen berbagi dengan menyelipkan kepentingan meraih dukungan demi kemenangan.

Yang dibutuhkan adalah keteladanan para elite politik, pejabat negeri baik di pusat maupun daerah. Di negara manapun keteladanan pimpinan adalah penting untuk memberi motivasi dan bukti, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi”di media ini.

Dengan mengembangkan sikap saling berbagi akan mendorong rasa persaudaraan dan solidaritas yang tinggi sehingga segala tantangan dan kesulitan yang dihadapi akan semakin ringan.

Selama masih ada orang yang ikhlas berbagi, selama itu pula masih ada harapan untuk dunia yang lebih damai.
Mari kita mulai dari diri kita sendiri. Bismillah. (Azisoko).
 

News Update