Kopi Pagi Harmoko: Menjiwai Pancasila

Senin 05 Jun 2023, 09:04 WIB

Di tengah kian beragamnya beda aspirasi, pilihan dan dukungan terhadap bakal capres – cawapres, yang dilatari karena beda parpol, beda relawan dan beda komunitas, semakin dibutuhkan tali perekat untuk mencegah pembelahan dan perpecahan.

Beda pendapat dan pilihan adalah keniscayaan, tetapi “menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan”, hendaknya menjadi pilihan utama, sebagaimana rujukan butir 1, sila ketiga Pancasila, yakni Persatuan Indonesia.

Itulah makna rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara dalam menyikapi dinamika politik yang terjadi saat ini.

Di sinilah perlunya mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong royong.

Para elite politik dan petinggi parpol semakin dituntut keteladanan dalam ucapan dan perbuatan. Berucap yang menyejukkan, bukan memanaskan. Bertindak bijak, bukan memaksakan kehendak politiknya, egonya, ambisinya dengan kekuatan, kekuasaan dan kemampuannya. Menjauhi sifat “Adigang , adigung, adiguno.”

Menjauhkan perbuatan semena – mena kepada orang lain dengan memupuk sikap tenggang rasa, menghargai dan menghormati orang lain. Mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban sesama manusia.

Itulah perlunya, dalam kontestasi, mengedepankan “politik merangkul, bukan memukul.” Memperlakukan lawan politik bukan sebagai musuh yang harus dihabisi, tetapi kawan dalam berdemokrasi.

Meski lawan politik menggunakan segala tipu daya untuk menjatuhkannya, tetaplah bersikap “lembah manah, andap asor” -  senantiasa rendah hati.

Mengingat, suro diro jayaningrat, lebur dening pangastuti – segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya akan bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar, sebagaimana diajarkan Kanjeng Sunan Kalijaga. Pitutur  luhur yang tercermin pula dalam nilai – nilai Pancasila.

Itulah sejumlah karakter yang perlu tertanam dalam jiwa kita semua, utamanya para elite politik negeri ini yang tengah merumuskan tatanan negara untuk lima tahun ke depan.

Menjadi tantangan aktual bagi kita semua untuk menghidupkan Pancasila dalam jiwa setiap kita, agar tidak hanya menjadi teks mati di atas kertas atau lembaran menempel di dinding, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.

Kita mewarisi Pancasila dengan nilai-nilainya sebagai ideologi yang hidup, bukanlah semata- mata slogan melainkan petunjuk lengkap bagaimana kehidupan sehari- hari harus kita lakukan di negeri ini.

Berita Terkait

Mimpi Kita

Senin 26 Jun 2023, 10:11 WIB
undefined

Momen berbagi

Senin 03 Jul 2023, 07:14 WIB
undefined

News Update