ADVERTISEMENT

Dampak El Nino, Resiko Gagal Panen di Indonesia Capai 60 Hektar

Jumat, 2 Juni 2023 09:36 WIB

Share
Foto: Muhammad Ali (30) petani asal desa Sukaringin, Sukawangi, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, sedang memperlihatkan persawahan di wilayahnya mengalami kekeringan. (Dok. Poskota)
Foto: Muhammad Ali (30) petani asal desa Sukaringin, Sukawangi, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, sedang memperlihatkan persawahan di wilayahnya mengalami kekeringan. (Dok. Poskota)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

BOGOR, POSKOTA.CO.ID - Dampak Fenomena El Nino tak diantisipasi oleh pemerntah, Center for Climate Risk and Opportunity Management Asia Tenggara dan Pasific (CCROM-SEAP) IPB University memperkirakan resiko gagal panen di Indonesia akan mencapai 60 hektare persawahan, Jumat (2/6/2023).

Kepala Center for Climate Risk and Opportunity Management Asia Tenggara dan Pasific (CCROM-SEAP) IPB University, Prof Rizaldi Boer menyebut, fenomena El Nino dapat berdampak pada keringnya puluhan hektare sawah di Indonesia. Ia pun memperkirakan, penurunan gabah kering tahun 2023 bisa mencapai 500 ribu ton.

Namun keringnya wilayah persawahan dan penurunan produksi padi di tengah fenomena El Nino masih dapat diantisipasi dengan cara optimasi pemanfaatan kalender tanaman dan penyesuaian pada tingkat tapak.

Rizaldi mengungkapkan, kemungkinan El Nino and The Souther Oscillation (ENSO) 2023 terjada usai bulan Juni ini. Prakiraan ini memberikan implikasi pada panen padi nasional. Dia menyebut usai bulan Juni nanti, ENSO kemungkinannya menjadi 50 persen, dimana secara statistik dan dinamik menunjukkan bahwa Indonesia akan mengalami El Nino relatif tinggi. 

Rizaldi pun prakiraan hujan secara eksperimentas pada Januari hingga Maret dari BMKG dan CCROM IPB relatif konsisten. "Ada keeratan hungan antara lautan Pasifik terkait Enso di Indonesia dengan kenaikan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik yang akan berpengaruh pada curah hujan di Indonesia," jelas Prof Rizaldi Boer, beberapa waktu lalu.

Kepala CCROM-SEAP IPB University ini pun menjelaskan, pada tahun 2019 lalu, Indonesia juga sempat dilanda El Nino dimana saat itu cuaca terasa sangat panas dari biasanya.

Rizaldi mengungkapkan, pada pada Juli 2023 berdasarkan Experimental Forecast CCROM IPB University menujukkan hampir seluruh wilayah pusat produksi padi, terjadi anomali hujan negatif, lebih rendah dari normal.

"Kecuali di sebagian Kalimantan dan Sulawesi, terutama di Papua, pada April hujan masih di atas 150 mm kecuali Bali dan NTB. Sedangkan Mei dan Juni umumnya di bawah 100 mm. Sehingga perlu ada pertimbangan modifikasi penanaman untuk komoditas dengan kebutuhan air yang banyak," jelasnya.

Rizaldi pun menyebut, adanya ancaman banjir dan kekeringan pada musim tanam 2023 yang cukup tinggi, terutama di wilayah Jawa dan Sulawesi Selatan. 

Bahkan, kata dia, potensi gagal panen jika tidak diantisipasi bisa mencapai 60 hektare karena kekeringan. Sementa penurunan produksi diprediksi mencapai 500 ribu ton.

Halaman

ADVERTISEMENT

Reporter: Panca Aji
Editor: Novriadji Wibowo
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT