ADVERTISEMENT

Jelang Pemilu 2024, NU dan Muhammadiyah Sepakat Tolak Politik Identitas

Jumat, 26 Mei 2023 20:05 WIB

Share
Ilustrasi Pemilu 2024.(Ist)
Ilustrasi Pemilu 2024.(Ist)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Politik identitas dianggap sangat berbahaya dan berpotensi menimbulkan perpecahan di tengah kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah sepakat menolak politik identitas dalam pemilihan umum (Pemilu) 2024.

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mengatakan, politik identitas merupakan praktik politik yang hanya menyandarkan penggalangan dukungan berdasarkan identitas-identitas primordial.

"Atau mengutamakan identitas primordial tanpa ada kompetisi yang lebih rasional menyangkut hal-hal yang lebih visioner, tawaran-tawaran agenda yang bisa dipersandingkan antara satu kompetitor dengan lainnya," ujar Gus Yahya melalu keterangan tertulisnya, dikutip Jumat (26/5/2023). 

Sebab menurut dia, politik identitas hanya mengedepankan identitas kelompok-kelompok primordial sehingga menjadi berbahaya bagi integritas masyarakat secara keseluruhan.

"Maka saya sering katakan, kita tidak mau ada politik berdasarkan identitas Islam, bahkan tidak mau ada politik berdasarkan identitas NU. Jadi kami nggak mau nanti ada kompetitor (mengatakan) 'pilih orang NU'. Kita nggak mau itu. Kalau mau bertarung harus dengan tawaran-tawaran yang rasional," terang Gus Yahya.

 

Sementara, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir bersepakat dengan pernyataan Gus Yahya. Prof Haedar menjelaskan primordial yang dimaksud Gus Yahya adalah berkaitan dengan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). 

"Karena menyandarkan primordial SARA, lalu sering terjadi politisiasi sentimen-sentimen atas nama agama, suku, ras, golongan, yang kemudian membawa pada polarisasi. Bahkan di tubuh setiap komunitas dan golongan, itu bisa terjadi," terang Haedar. 

Setelah menjelaskan tentang bahaya politik identitas itu, Prof Haedar menegaskan bahwa Muhammadiyah bersama NU telah selesai soal penolakan terhadap politik identitas. Ia mengajak seluruh kontestan politik menjalankan praktik politik yang rasional.

"Mari kita berkontestasi mengedepankan politik yang objektif, rasional, dan yang ada di dalam koridor demokrasi yang modern," ucapnya. (Aldi)
 

ADVERTISEMENT

Reporter: Aldi Rinaldi
Editor: Deny Zainuddin
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT