Materi tentang kepemimpinan diisi oleh Atase Kepolisian Kombes Shinto Silitonga dengan memberikan pemahaman pada filosofi kepemimpinan nasional dari Ki Hadjar Dewantara, tokoh pendidikan Indonesia dengan Tut Wuri Handayani, Ing Madyo Mangun Karso dan Ing Ngarso Sung Tuludo.
“Seorang pemimpin harus menjadi contoh bagi anggotanya, dapat menjadi mitra yang egaliter dan memotivasi dari belakang untuk kemajuan bersama,” kata Shinto.
Kepemimpinan, menurut Shinto harus dilatih mulai dari memimpin diri sendiri, apalagi sesuai data dari DAAD, tiap tahun ada lebih dari 40% mahasiswa asing yang alami kegagalan dalam menuntaskan pendidikannya di Jerman akibat shock culture.
“Kuliah dan bekerja di Jerman tentu menjadi added value dibanding mahasiswa dan pekerja lain, sehingga latihan memimpin diri sendiri menjadi modal kuat untuk berhasil tidak hanya dalam proses adaptasi namun juga dalam menghadapi pendidikan dan permasalahan dalam pekerjaan masing-masing,” tegas Shinto.
Seperti halnya Acep, Shinto juga berbagi pengalaman ketika memimpin hampir 1.000 polisi di Polres Gowa pada 2017 lalu yang hanya dalam 1 tahun persiapan, kemudian berhasil menjadi satu-satunya Polres di Polda Sulawesi Selatan yang mendapat predikat Zona Integritas Wilayah Bebas Korupsi (ZI-WBK) pada Desember 2018.
“Pendekatan informal, belajar dengan pola simulasi, bangun team work yang solid, menjadi kunci keberhasilan dalam memainkan kepemimpinan di Gowa ketika itu,” jelas Shinto.
Pasca materi dari narasumber, peserta mendapat souvernir Koja (tas khas suku Baduy) yang telah dipersiapkan nara sumber sebagai sarana sosialisasi dan promosi budaya Suku Baduy Banten bagi tiap peserta ketika beraktivitas di kampus, di tempat kerja dan dalam kegiatan sehari-harinya. (haryono)