ADVERTISEMENT

Konflik Militer Sudan, Mardigu Baca Permainan Amerika, Rusia dan China: Kaya Sumber Daya Alam

Rabu, 3 Mei 2023 15:44 WIB

Share
Konflik militer Sudan sudah memakan banyak korban. Foto: Kolase/Ist.
Konflik militer Sudan sudah memakan banyak korban. Foto: Kolase/Ist.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Konflik militer Sudan turut menjadi perhatian eks pengajar sekolah tinggi intelijen Kopassus dan Badan Intelijen Negara, Mardigu Wowiek Prasantyo alias Bossman Sontoloyo.

Bossman pun kemudian memberikan analisa di balik konflik militer Sudan di mana perang tersebut merupakan perang antar sesama saudara se tanah air mereka. 

Konflik militer Sudan menjadi pusat perhatian karena melibatkan dua jenderal perang di sana, yakni Panglima Abdel Fattah Al Burhan dan Wakil Panglima Muhamed Hamdan Dagalo. Keduanya adalah pemimpin de facto Sudan, atau bisa disebut first in command lawan second in command.

Setidaknya sudah ratusan orang tewas dan ribuan lainnya terluka akibat pertempuran dan konflik militer di Sudan. Perang saudara ini pun memicu eksodus ribuan warga Sudan ke negara-negara tetangga. Lantas apa analisa Bossman Mardigu soal konflik militer Sudan?

Kata Mardigu, posisi Sudan dengan Arab Saudi di Laut Merah ibarat Indonesia dengan Malaysia di Selat Malaka.

Arab Saudi Malaysianya, dan Sudan itu Indonesianya. 

"Mengapa demikian, karena Sudan sangat mirip Indonesia, kaya akan sumber daya alam seperti gold juga memiliki cadangan logam mineral berharga lainnya, selain minyak dan gas yang juga besar cadangan depositnya," kata Bossman di saluran Youtube-nya, disitat Rabu 3 Mei 2023.

Dia bilang, Sudan yang punya posisi strategis dan kaya akan sumber daya alam tak mengherankan jika pemerintahannya dibuat ribut terus. Menurut Mardigu, perang antara panglima perang dan wakil panglima di Sudan bukan berdiri sendiri.

Melainkan adalah proxy war dari sebuah perang yang lebih besar atau ada larger interest di belakangnya. Untuk diketahui, proxy war adalah siapa yang bertempur di lapangan berbeda dengan niat di belakang yang membantunya. 

Sejauh ini Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken sudah mengkonfirmasi lewat pernyataannya. 'Kami Amerika sangat prihatin atas kelakuan Prigozhin dan Wagner Group-nya di Sudan," kata Blinken, disitat redaksi.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT