JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel menyoroti cepatnya penetapan bunuh diri AKBP Buddy Alfrits Towoliu oleh Polisi, pada Sabtu 29 April 2023 lalu.
Penetapan itu, kata Reza, bahkan sudah dilakukan Polisi di saat baru beberapa waktu jasad AKBP Buddy Alfrits ditemukan usai dihantam kereta jurusan Tegal, Jawa Tengah.
Reza pun menyayangkan betapa tergesa-gesanya Polisi melakukan pengumuman penyebab kematian AKBP Buddy Alfrits, sehingga wajar jika keluarga kemudian mempertanyakan, atau menduga-duga soal penyebab lain dari kematiannya.
Kata Reza, hal ini seolah bertolakbelakang dengan kampanye yang selalu digembar-gemborkan aparat Kepolisian, baik di tingkat satuan wilayah, maupun Mabes Polri ketika berbicara penanganan kasus. Polisi selalu mendorong kerja berbasis scientific atau berbasis ilmiah.
Sehingga tiap pernyataan dan kemungkinan akan bisa terukur. "Tetapi dalam kasus AKBP Buddy, ketika yang bersangkutan, maaf, meninggal dunia, tapi kemudian dalam waktu tidak terlalu lama ternyata sudah ada pernyataan spekulatif sekalipun, bahwa yang bersangkutan meninggal akibat bunuh diri, ini terkesan sebagai sebuah pernyataan yang tergesa-gesa," kata Reza di AKI Petang, disitat Senin 1 Mei 2023.
Setidaknya ada empat penyebab kematian yang selalu disampaikan Reza. Pertama yakni natural atau seseorang meninggal karena faktor alami seperti sakit karena usia lanjut.
Kedua yakni accident seperti karena kecelakaan. Ketiga karena suicide atau bunuh diri, dan keempat karena pembunuhan. Seharusnya dalam kasus AKBP Buddy Alfrits, polisi tetap harus mengedepankan pendekatan scientific dan ilmiah.
"Saya tidak membayangkan dalam waktu yang sedemikian singkat sudah ada kerja keilmuan yang memadai, untuk sampai pada sebuah kesimpulan bahwa yang bersangkutan meninggal akibat bunuh diri," katanya.
Dalami Psikologi Forensik Kematian AKBP Buddy Alfrits
Lebih lanjut Reza memberi penjelasan ketika seseorang meninggal dunia, maka psikologi forensik biasanya akan bekerja mencari tahu kemungkinan sebab-musabab kematiannya lewat pendekatan yang diistilahkan sebagai autopsi psikologis.
Adapun autopsi psikologis ini dilakukan dengan dua pendekatan. Pertama adalah mencari informasi tentang orang-orang terdekat, baik teman kerja, keluarga, atau siapapun yang dianggap mengetahui sesuatu.
Kedua yakni mencari informasi pendukung seperti pengecekan medical record atau rekam medis yang bersangkutan. Hal ini penting untuk melihat seberapa jauh kemudian hasil rekam medis itu bisa membantu penyidik, sampai pada dugaan bahwa yang bersangkutan meninggal akibat faktor A atau B.