ADVERTISEMENT

Pemerintah Tibet: Sumber Pro Tiongkok Terlibat Politisasi Video Dalai Lama

Sabtu, 15 April 2023 11:00 WIB

Share
Dalai Lama dipeluk anak laki-laki dalam acara di kuil Tsuglakhang di Dharamshala India pada Selasa, 28 Februari 2023.
Dalai Lama dipeluk anak laki-laki dalam acara di kuil Tsuglakhang di Dharamshala India pada Selasa, 28 Februari 2023.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

POSKOTA.CO.ID - Memberi label Dalai Lama dengan segala macam nama itu tindakan tidak adil. Hal tersebut benar-benar melukai perasaan semua pengikutnya.

Pernyataan ini datang dari Kepala Pemerintahan Pusat Tibet di pengasingan, Penpa Tsering, pada Kamis (13/4/2023) seperti dikutip dari Reuters.

Dia membela Dalai Lama atas rekaman video yang menunjukkan Dalai Lama meminta seorang anak laki-laki menghisap lidahnya. Dia mengatakan bahwa kejadian tersebut justru menunjukkan sisi lugu dan penuh kasih sayang pemimpin spiritual negara itu.

Peraih Nobel perdamaian itu meminta maaf setelah rekaman dari acara publik, menunjukkan dia tampaknya memberikan kecupan pada bocah itu, menjadi viral. Video itu menimbulkan kecaman di sejumlah platform media sosial di mana para pengguna internet menyebutkan perilaku Dalai Lama tersebut merupakan bentuk pelecehan.

"Sikap kakek berusia 87 tahun yang polos dan penuh kasih sayang dalam video rekaman itu telah disalahartikan,” ucap Penpa Tsering di New Delhi.

Dia menyebutkan kehidupan selibat dan latihan spiritual telah membawa Dalai Lama melampaui kesenangan indrawi.

Klip video yang diambil pada Februari dan diedarkan bulan ini dilihat lebih dari satu juta kali di Twitter.

Penpa Tsering mengatakan penyelidikan menunjukkan sumber pro Tiongkok terlibat dalam membuatnya menjadi viral.

“Sudut politik dari insiden ini tidak dapat diabaikan,” imbuh Penpa Tsering.

Dalai Lama melarikan diri ke India setelah kegagalan pemberontakan melawan pemerintahan Tiongkok di Tibet. Militer Tiongkok berbaris masuk dan mengambil kendali wilayah tersebut pada 1951.

Halaman

ADVERTISEMENT

Reporter: Ignatius Dwiana
Editor: Ignatius Dwiana
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT