"Anda bisa cek followers-nya asli atau palsu. Kalau follower banyak tapi yang like sedikit, ada kemungkinan palsu. Kalau akun Indonesia tapi followersnya banyak orang bule, itu juga bisa jadi indikasi. Kalau follower banyak tapi interaksi seperti komentarnya kurang, itu juga perlu dicurigai,” terang Jubun.
Selain melihat profil akunnya secara teliti, Jubun juga menjelaskan indikasi lain yang tak kalah mudah untuk disimpulkan.
Giveaway palsu biasanya memberikan informasinya secara direct, langsung ke pesan masuk calon korbannya.
Bukan hanya itu, untuk mendapatkan giveaway, calon korban juga dimintai uang dengan dalih biaya administrasi, pengiriman, dan sebagainya.
"Toko atau influencer yang benar-benar melakukan giveaway, pasti strategi komunikasinya profesional, tidak direct seperti orang pribadi. Kalau sudah memilih pemenang, mereka juga tidak akan mempersulit pemenangnya dengan syarat-syarat aneh begitu," tambah Jubun.
Jubun juga menerangkan, bahwa saat ini media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, hingga TikTok, telah memiliki fitur centang biru.
Fitur ini sebenarnya dapat membantu netizen untuk menarik kesimpulan pribadi mengenai asli atau tidaknya akun pemberi giveaway.
Berdasarkan pengamatan Detektif Jubun, selain kerugian uang secara langsung, penipu dengan modus giveaway juga seringkali mengincar data korbannya untuk kepentingan pribadinya.
"Data-data ini kalau berhasil didapat penipu, maka bisa digunakan untuk memeras, mengambil alih akun, hingga menguras rekening korban," jelas Jubun yang sering mengisi program acara detektif di televisi ini.
Untuk itu, Jubun menegaskan bahwa giveaway sudah dapat dipastikan palsu jika meminta pemenang memberikan data-data yang sifatnya sangat privat.
Misalnya kode OTP, password akun tertentu, nomor PIN, nama ibu kandung, dan hal lain yang tidak ada hubungannya dengan proses pemberian hadiah.
"Giveaway yang benar kalau hadiahnya barang hanya akan meminta nama, alamat, dan nomor HP. Kalau hadiahnya berupa uang, paling yang diminta nama dan nomor rekening atau nomor e-wallet. Tidak akan minta data yang tidak relevan," papar Jubun.