ADVERTISEMENT

Misteri WA Sri Mulyani ke Johan Budi saat Mahfud Gagah di DPR, Inikah Isinya?

Sabtu, 1 April 2023 07:19 WIB

Share
Misteri WA Sri Mulyani saat Mahfud MD gagah di DPR. Foto: Kolase/Ist.
Misteri WA Sri Mulyani saat Mahfud MD gagah di DPR. Foto: Kolase/Ist.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Menteri Keuangan Sri Mulyani disebut mengirim pesan WhatsApp (WA) ke Anggota Komisi III Johan Budi, kala rapat dengan Ketua Komite Nasional TPPU Mahfud MD perihal Rp 349 triliun di DPR.

Pesan WA Sri Mulyani tersebut disampaikan Johan Budi saat diberi kesempatan interupsi di forum dan di hadapan Mahfud MD.

Dalam pernyataannya --yang membawa-bawa nama Sri Mulyani, Johan Budi mengusulkan agar rapat dengar pendapat dengan Mahfud MD itu diskors. Lantas mengapa Sri Mulyani kirim WA misterius ke Johan Budi?

Hal itulah yang dianggap Kolumnis Hersubeno Arief kini banyak dipertanyakan publik. Sosok yang dikenal sebagai partner kental Rocky Gerung ini mempertanyakan mengapa Sri Mulyani mengirim pesan ke Johan Budi saat Mahfud MD tengah garang-garangnya bernyanyi di DPR, dan justru meminta agar rapat diskors.

"Apakah Sri Mulyani merasa kalau sidang ini diteruskan akan sangat merugikan dia? Karena pernyataan-pernyataan Mahfud MD jelas menelanjangi data-data yang disampaikan Sri Mulyani."

"Atau bahkan bisa disebutkan secara tidak langsung sebenarnya Pak Mahfud MD sedang menyatakan Ibu Sri Mulyani itu berbohong, walaupun tidak menggunakan kalimat langsung," katanya.

Berikutnya, dia kembali menyoroti kenapa Sri Mulyani mengirim pesan WA ke Johan Budi. Kalau urusannya skors, kata dia, tentu akan lebih tepat agar dia mengontak pimpinan sidang --dalam hal ini-- Wakil Ketua Komisi III dari Partai Nasdem, Ahmad Sahroni.

Atau sebenarnya bisa langsung mengirim pesan ke Ketua Komisi III Bambang Wuryanto. Terlebih Bambang Pacul ketika itu tidak sedang memimpin rapat, sehingga sangat punya peluang besar untuk membaca pesan dari Sri Mulyani.

"Atau jangan-jangan Sri Mulyani kontak banyak anggota Komisi III, namun hanya Johan Budi yang mengungkap di rapat dengar pendapat. Inilah yang masih menjadi misteri, kita masih tunggu apa penjelasan dari Sri Mulyani," kata dia.

Sri Mulyani Kesal dengan Mahfud MD?

Lebih jauh Hersubeno menilai, jika menyimak pernyataan Johan Budi yang secara halus mengingatkan Mahfud bakal terancam reshuffle, dan Sri Mulyani menyimak jalannya rapat, maka, kata dia, wajar jika Menteri Keuangan itu mengontak eks jubir KPK itu. Sebab ada kesan, Johan Budi lebih membela Sri Mulyani.

Sebab diharapkan dengan diskorsnya rapat, maka Sri Mulyani tak seolah diadili secara sepihak. Lantaran publik justru lebih mendengar perspektif dari Mahfud MD saja saat itu.

Hersubeno kemudian menyoroti dua menteri yang disinggung Johan Budi dicopot dari kabinet oleh Jokowi karena dianggap bikin gaduh. Dari data yang dihimpunnya, dua menteri tersebut yakni Rizal Ramli dan Sudirman Said.

Pada kasus Sudirman Said, dia dicopot karena dianggap mengungkap laporan skandal permintaan saham di PT Freeport oleh Ketua DPR saat itu, Setya Novanto. Hingga muncullah skandal kasus 'Papa minta saham'.

Ketika itu Rizal Ramli diganti Luhut Binsar Pandjaitan, dan Sudirman Said digantikan oleh Arcandra Tahar yang belakangan juga bermasalah dengan kewarganegaraan.

"Lalu apakah nasib Mahfud MD ini akan mirip-mirip dengan Sudirman Said dan disingkirkan karena buka skandal petinggi negara? Waktu yang akan membuktikan," kata dia.

Bagi Hersubeno, jika benar Mahfud terancam direshuffle, maka akan jadi hal dilematis bagi Pemerintahan Jokowi. Sebab saat ini Mahfud dinilai banyak didukung publik. Andai dicopot, akan muncul kemarahan publik yang luas.

Karena Pemerintah pasti dianggap tidak pro pada pemberantasan korupsi.  

"Timing sedang berpihak ke Mahfud MD. Mau dia direshuffle atau dipertahankan, dia sudah menang banyak. Apalagi di tengah kepercayaan publik pada Pemerintah yang terus menurun. Mahfud memang jadi dilema besar bagi Presiden Jokowi."

"Kalau diteruskan ngeri-ngeri sedap juga, karena bisa saja menyambar elite-elite politik di tingkat nasional."

ADVERTISEMENT

Reporter: Rendra Saputra
Editor: Rendra Saputra
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT