Menunggu “Sipasan” Keliling Jam Gadang

Kamis 02 Mar 2023, 13:52 WIB

Oleh :  Yusrizal Karana, Wartawan Senior

Sipasan” raksasa tiba-tiba melintas di tengah kerumunan massa. Tetapi, alih-alih takut dengan binatang berbisa yang terkenal dengan jepitannya itu, masyarakat justeru berkerumun menyaksikan kelabang yang meliuk-liuk ditingkahi suara musik yang memekakkan telinga.

Ya, “sipasan” ini ternyata sebuah pertunjukkan berupa arak-arakan yang menyerupai lipan yang digotong berkeliling kota. Orang Minangkabau menyebutnya sipasan.

Alat musik ritmis seperti tutup periuk atau yang biasa disebut simbal itu, dimainkan anak-anak remaja Tionghoa.

Mereka membuat penonton terpukau dengan keunikan busana yang menarik dengan warna dominan merah sebagai simbol keberuntungan.

Pertunjukkan ini seperti oase di tengah kelangkaan seni tradisional Indonesia, yang kesohor sejak masa Dinasti Chin pada abad ketiga sebelum Masehi itu.

Pertunjukkan ini biasanya diiringi dengan Tarian Naga atau Tari Barongsai, yang dibawakan pemuda dan remaja keturunan Tionghoa.

Mereka ada yang berperan sebagai penari dan pemusik yang mengiringi pertunjukkan, yang diadakan setiap Tahun Baru Imlek atau acara Cap Go Meh.

Festival Cap Go Meh 2574, yang bertepatan pada 5 Februari 2023 di Kota Padang memang sudah berlalu, namun hingga kini masih meninggalkan kesan dan cerita menarik, karena “sipasan” selalu menjadi pusat perhatian bagi masyarakat, terutama di kota-kota besar di Indonesia. 

Di beberapa daerah, yang terlibat dalam Tarian Sipasan, Liang Liong atau Tarian Barongsai bukan hanya remaja atau pemuda keturunan Tionghoa.

Mereka adalah warga setempat yang tidak memiliki darah keturunan Tionghoa atau bahkan tidak ada hubungan perkawinan sekali pun.

News Update