Pragmatisme Persoalan Preman di Jakarta

Kamis 23 Feb 2023, 06:47 WIB
Kapolda Metro Jaya, Irjen Fadil Imran saat memberikan penghargaan kepada TPPP Porles Metro Bekasi Kota yang berhasil meringkus pelaku tindak kejahatan di wilayah Bekasi Kota. (dokumentasi bid humas PMJ)

Kapolda Metro Jaya, Irjen Fadil Imran saat memberikan penghargaan kepada TPPP Porles Metro Bekasi Kota yang berhasil meringkus pelaku tindak kejahatan di wilayah Bekasi Kota. (dokumentasi bid humas PMJ)

Oleh Yahya Abdul Hakim, wartawan Poskota

KOTA Jakarta menjadi kota terbesar di negeri ini.  Dengan sebutan kota metropolitan dan  megapolitan urusan bisnis, sosial dan politik terpusat di sini . Seiring dengan itu muncul kompleksitas segala persoalan dan permasalahan mewarnai kesibukan di kota  berpenduduk  yang di tahun 2022 mencapai 10, 64 juta jiwa  ini.  Kemiskikan, kemacetan , banjir  dan kriminalitas termasuk aksi premanisme.

Hidup di Jakarta memang keras. Diperlukan mental dan nyali kuat untuk berkompetisi demi bisa eksis atau bertahan hidup di kota yang konon tahun depan sudah tak lagi menyandang sebagai Ibu Kota ini. Mereka yang punya iman tipis dan nyali nekat banyak yang terpaksa menempuh jalur melawan hukum dengan menjadi penjahat supaya bisa hidup di Jakarta.

Menjadi perampok, tukang palak dan bergaya preman biasanya jadi pilihan. Bermodal badan kekar, tampang seram mereka mencari penghasilan dengan cara cara kasar bahkan disertai kekerasan. Baru baru ini Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran dibuat marah besar dengan aksi kasar sejumlah pria berprofesi debt collector (DB) saat akan menarik mobil di salah satu apartemen di Jakarta.

Yang bikin darah Jenderal Fadil ‘mendidih’ adalah ketika dirinya melihat rekaman video viral di media sosial (medsos)  ada anak buahnya yang berada di lokasi dibentak bahkan dimaki oleh sekelompok DB tersebut. Anggota polisi itu  seolah tak memiliki harga diri di hadapan mereka saat dimaki dan dibentak. Atas ulah kelompok itu  Jenderal Fadil pun memerintahkan jajarannya untuk ‘menyikat’ para preman.

Persoalan preman dan  premanisme di Jakarta bukan kali ini saja. Bisa dibilang itu permasalahan klasik, mirip persoalan kemacetan dan banjir yang ada di Jakarta dan kerap muncul tanpa ada solusi maksimal. Perintah Jenderal Fadil diharapkan tidak  bersifat pragmatis lantaran kasus itu muncul viral di medsos. Ibarat pemadam kebakaran yang datang saat peristiwa terjadi lalu memadamkan api dan menyisakan bara yang bisa kembali menyala menjadi kobaran api.

Dari penindakan pemberantasan preman dan premanisme di Jakarta oleh jajaran Polda Metro Jaya sebelumnya terkesan bersifat pragmatis , hanya menjalankan perintah. Buntutnya penindakan dilakukan secara kuantitas. Mereka yang berpenampilan mirip preman seperti tukang parkir liar. ‘Pak Ogah’ dan yang kedapatan nongkrong di terminal langsung diangkut ke kantor polisi.

Sementara mereka yang sejatinya preman sesungguhnya luput diangkut kendati berseragam organisasi masyarakat (ormas) atau seragam instansi lain yang tega memungut pungutan liar (pungli) berdalih uang keamanan. Semoga perintah Jenderal Fadil dilaksanakan jajarannya secara kualitas , menangkap para preman sesungguhnya. Kita tunggu hasilnya. (*)

Berita Terkait
News Update