Bahkan, kondisi riil yang terungkap kasat mata, hendaknya menjadi catatan bagi para elite agar di kemudian hari tidak terjadi lagi.
Bukankah, menyiapkan kepemimpinan ke depan tiada lain untuk memperbaiki keadaan, lebih memajukan dan mensejahterakan bangsa dan negeri ini. Bukankah pemilu serentak 2024 guna menyiapkan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara kedepan yang lebih baik lagi. Negaranya maju, rakyatnya lebih makmur dan sejahtera serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Demi terwujudnya kemakmuran dan keadilan sosial sebagaimana cita – cita negeri ini didirikan, para elit wajib senantiasa mendengar suara rakyat. Meski suara rakyat secara legal telah dimandatkan kepada wakilnya di lembaga legislatif dan eksekutif, tetapi suara langsung dari rakyat- sering disebut aspirasi, wajib didengar, dicerna dan diserap, kemudian dirumuskan melalui kebijakan sesuai kehendak rakyat.
Aspirasi berupa usulan, permintaan atau pun permohonan sering disampaikan secara langsung kepada elite ketika berinteraksi dengan warga masyarakat. Dalam konteks kekinian, saat para elite sedang berkunjung ke daerah, sering disebut melakukan safari politik.Dengan kejelian menyerap aspirasi (suara rakyat), safari politik diharapkan menjadi daya tarik, bukan memicu konflik.
Kita hendaknya menyadari suara rakyat bukan hanya dibutuhkan ketika digelar kontes politik. Suara rakyat sangat diperlukan dalam kehidupan sehari – hari.
Suara rakyat adalah filter, pengawal dan penyemangat bagi para elite politik dalam menjalankan tugasnya. Jika disadari bahwa tugasnya adalah untuk memajukan, memakmurkan dan menyejahterakan kehidupan rakyat, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Menjadi bahan renungan bagi kita semua, wajarkah jika suara rakyat ini dianggap angin lalu oleh para elite politik, ketika sedang merumuskan bagaimana wajah negeri masa depan. Pantaskah sesuatu yang ada, dianggap menjadi tidak ada?
Ada ajaran leluhur agar kita, para elite sebagai tokoh dan pemimpin negeri ini hendaknya “berbudi bawa laksana” – memiliki kelebihan dalam tata nilai, moral, berbudi luhur dan murah hati. Ada rasa empati dan peduli kepada mereka yang ada di bawahnya, tentu termasuk peduli terhadap aspirasinya. (Azisoko).