JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Jumlah korban tewas gempa Turki dan Suriah kini sudah menembus 21 ribu orang per Jumat (10/2/2023). Rinciannya, 17.652 orang tewas berasal dari Turki, sedangkan di Suriah, pihak berwenang melaporkan ada 3.377 kasus kematian akibat gempa.
Sejumlah ahli memperkirakan, angka ini masih akan terus meningkat karena pencarian korban tertimpa bangunan masih terhambat, serta mengancam nyawa korban gempa lain karena tak punya tempat berlindung. Terlebih saat ini cuaca dingin tengah melanda Turki.
Sejauh ini kemarahan warga terhadap Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kian meningkat, karena dinilai lamban dalam melakukan proses evakuasi.
Seorang pejabat di Turki bahkan mengatakan ke media internasional, kemarahan warga pada pemerintahan Erdogan kian membara. Bantuan dinilai terlambat, begitu pula dengan upaya penyelamatan.
Diperkirakan, jika hal ini terus berlanjut, maka akan berpengaruh pada banyak hal. Apalagi kondisi ekonomi Turki sedang tak sehat karena tingginya inflasi.
Kerugian hingga Rp60 triliun
Sementara itu, kerugian ekonomi sebagai dampak gempa berkekuatan 7,8 yang mengocok Turki dan Suriah diperkirakan mencapai USD4 miliar atau sekira Rp60 triliun. Penilaian disampaikan Lembaga Pemeringkat Fitch.
Di luar itu, Erdogan berjanji untuk membangun kembali setiap rumah yang hancur dalam waktu satu tahun. Pemerintahannya, seperti disitat WSJ, mengatakan berencana mengumumkan keadaan darurat di daerah yang dilanda gempa.
Turki sangat berduka, karena angka kematian melampaui korban tewas akibat gempa bumi yang terjadi pada 1999, yang ketika itu sangat traumatis bagi negaranya.
Warga Turki memang tengah marah karena upaya penyelamatan dan harapan mulai memudar dalam pencarian korban pada hari keempat pasca gempa. Jendela untuk bertahan hidup dinilai sudah mulai tertutup.
Banyak kerabat dari mereka yang terjebak di bawah puing-puing telah menunggu berhari-hari agar bantuan tiba. Dalam beberapa kasus publik bahkan bisa melihat warga seolah tak berdaya memberi pertolongan saat mendengar teriakan karena tak adanya alat penyelamatan.