ADVERTISEMENT

Ijtima Ulama dan Politik Identitas

Sabtu, 4 Februari 2023 06:14 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Sama-sama memakai istilah 'Ijtima Ulama' namun yang satu disebut sebagai politik identitas, satu lagi dianggap biasa saja. Padahal, pola dan momentumnya juga sama. Sama-sama dipakai untuk membungkus tujuan politik.

Ijtima Ulama Nusantara yang digelar PKB dengan Ijtima Ulama yang digelar oleh Persatuan Alumni (PA) 212.

Konsep Ijtima Ulama dalam agama Islam itu sakral. Karena menjadi tempat para ulama untuk membahas sesuatu demi kemaslahatan umat.

Ijtima Ulama Nusantara yang digelar PKB adalah langlah-langkah menuju politik identitas, sebagaimana dilakukan oleh Persatuan Alumni (PA) Bela Islam 212.

 

PKB sepertinya sedang krisis kreativitas, sehingga meniru-niru yang dilakukan PA 212. Apalagi kemudian Ijtima Ulama Nusantara merekomendasikan mendukung Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, maju pada Pilpres 2024.

Mustinya, PKB belajar dari masa lalu. Polarisasi massa pada Pilkada DKI 2017 dan Pilpres 2019, sakitnya masih membekas hingga kini. Sakitnya tuh di sini.

Sekadar mengingatkan, jangan sampai terjadi pembelahan di Indonesia. Rakyat Indonesia harus bersatu. Kita semua sepakat, jangan sampai ada lagi politisasi identitas di Pemilu 2024.

Masyarakat juga harus bersikap adil. Stempel politik identitas harus ditempelkan kepada siapa saja, yang memang menggaung-gaungkan identitas agama untuk kepentingan politik.

Cap atau stempel itu jangan ditempelkan pilih kasih. Juga jangan mau jadi follower para Buzzer, yang memang dibayar untuk memecah belah. (gusmif)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT