“Tak Punya Empati”

Karena menyangkut penyidik kepolisian, Propam Polri juga harus benar-benar melakukan proses pemeriksaan seperti yang menjadi pertanyaan publik. Kasus seperti ini bukan yang pertama, dan kerap terjadi ditengah-tengah masyarakat. Jabatan kepolisian yang pernah disandang EBW bisa menjadi dasar untuk menutupi pelanggaran hukum.

Publik boleh curiga, tapi semua juga harus bersabar terutama keluarga Hasya untuk menunggu hasil investigasi TGPF. Tim tersebut berisi-orang-orang yang berkompeten dan ahli dibidangnya, mulai pakar keselamatan transportasi, pakar hukum, ahli otomotif, Itwasda, Div Propam, Bidkum dan Korlantas. 

Jika dalam penyidikan ditemukan ada unsur sengaja menghilangkan barang bukti, Kapolda Metro Jaya tidak hanya mencopot Dirlantas dan penyidiknya, tapi juga memberikan sanksi berat hingga Pemberhentian Dengan Tidak Hormat (PTDH) karena anggota tersebut telah menyalahgunakan kekuasaannya.

Ini harus menjadi pelajaran karena sangat berbahaya bagi seorang anggota polri yang masih bermain-main dengan kekuasaannya. Dan bukan tidak mungkin kasus serupa akan terus terjadi jika tidak mendapat sanksi yang tegas. Buktikan bahwa polisi presisi yang digaungkan Kapolri itu ada.

Begitu juga sebaliknya jika hasil tim pencari fakta benar-benar sesuai fakta dan barang bukti hasil rekonstruksi, maka pihak keluarga juga harus dengan ikhlas menerima keputusan tersebut. Berat memang, tapi kita semua harus percaya serta memberi ruang pembuktian TGPF dalam bekerja. ***