JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Karung berisi ular kobra yang dilempar ke rumah eks Gubernur Banten, Wahidin Halim di Tangerang, Rabu (25/1/2023) dini hari tersebut masuk dalam jenis Kobra Jawa (Naja sputatrix) yang termasuk family Elapidae.
Peristiwa pelemparan karung ular itu terjadi sebelum kedatangan Anies Baswedan ke kediaman Wahidin di hari yang sama.
Spesies ular dari family Elapidae adalah ular dengan bisa terkuat. Kobra Jawa hidup di atas tanah (terrestrial) dan aktif pada malam hari (nocturnal).
"Mangsanya adalah mamalia kecil seperti tikus, juga kodok dan ular lainnya. Karena itu di alam, kobra mempunyai nilai penting sebagai pengontrol populasi hewan mengerat,"ujar Ahli Zoologi Indonesia, Amir Hamidy dalam keterangannya yang diterima Poskota belum lama ini.
Menurut Amir, dalam rantai makanan, posisi kobra berada di tengah-tengah (konsumen tingkat II). Karena itu, kobra bukanlah predator puncak.
Dengan demikian, kobra juga memerlukan pengontrol bagi populasinya di alam. Predator kobra di antaranya, burung hantu, burung elang dan biawak.
Sayangnya, satwa-satwa yang menjadi predator kobra ini saat ini sudah semakin langka di alam. Karena itu tidak mengherankan, apabila saat ini seolah-olah terjadi “baby booming” ular kobra.
"Kobra Jawa mempunyai senjata berupa bisa/racun yang dapat melumpuhkan mangsanya. Apabila disemburkan ke mata, maka bisa kobra juga dapat mengakibatkan kebutaan. Tapi tidak semua kobra mampu menyemburkan bisa. Dan sebenarnya, kobra hanya menyerang manusia jika merasa terancam atau diserang terlebih dahulu," tambah Amir.
Kobra Jawa berstatus Appendix II (CITES) dan Least Concern (IUCN Red List). Hal ini berarti populasi kobra Jawa belum terancam kepunahan, namun jika tidak diatur perdagangannya (kobra diperjual belikan untuk dikonsumsi atau sebagai “obat”), maka suatu saat bisa rentan terhadap kepunahan.
Bagi masyarakat, ular kobra dan juga ular-ular jenis lain, lebih sering dianggap sebagai satwa yang mengancam, terutama karena bisanya. Di kalangan masyarakat juga seringkali terdengar nasehat, untuk menaburi sekeliling rumah kita agar ular tidak berani mendekat.
Benarkah ular takut garam? Tidak! Itu hanya mitos. Garam lebih cocok untuk mengusir binatang yang berlendir seperti siput. Namun, kita bisa melakukan beberapa hal untuk mengurangi gangguan ular kobra, diantaranya.
"Kurangilah sumber pakannya. Salah satunya dengan menjaga kebersihan lingkungan agar tidak banyak tikus, Pelihara kucing. Kucing merupakan predator tikus dan ular. Lestarikan alam, termasuk satwa-satwa yang menjadi predator alami kobra. Jangan buru satwa-satwa tersebut, agar populasi kobra tidak “meledak”,"jelas Amir.
Tidak hanya itu, jika ular masuk rumah, kita bisa menyemprotkan wewangian karena ular tidak suka. Bisa juga dengan rajin-rajin mengepel lantai dengan karbol/pewangi lantai.
"Namun, jika sudah terjadi gigitan kobra, yang perlu diingat adalah segera ikat bagian di antara yang tergigit dan jantung sebagai pertolongan pertama. Kemudian, lakukan imobilisasi atau pendiaman,"pungkas Amir.
Kemudian jangan biarkan bagian yang terluka tersebut bergerak. Hal ini memang tidak mencegah penyebaran racun. Namun paling tidak dapat memperlambatnya. Dan kemudian segera bawa korban ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan SABU (Serum Anti Bisa Ular). (Wanto)