"Itu tindakan rasis, ini bukan tentang kebebasan berekspresi,” kata Cavusoglo. Bahkan, Pemerintah Turki langsung membatalkan kunjungan Menteri Pertahanan Swedia Pal Jonson.
Padahal, kunjungan Jonson guna mengatasi keberatan Turki terhadap keanggotaan NATO. Swedia membutuhkan dukungan Turki untuk masuk ke aliansi militer, karena ketakutan di Eropa.
Swedia baru menyatakan bergabung dengan NATO setelah invasi Rusia ke Ukraina, pada tahun 2022 lalu. Sebelumnya, Swedia adalah negara netral.
Beberapa negara Arab kali ini juga langsung merespons aksi Paludan membakar Al-Quran. Arab Saudi, Yordania, dan Kuwait turut mengecam pebuatan Paludan di Swedia itu.
"Arab Saudi menyerukan untuk menyebarkan nilai-nilai dialog, toleransi, dan hidup berdampingan. Dan (kami, red) menolak kebencian dan ekstremisme,” kata Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dalam sebuah pernyataan.
Masyrakat Turki bahkan turut memprotes aksi Paludan langsung di depan Kedutaan Swedia di Ankara. Selain itu, demonstrasi terkait kecaman terhadap Paludan membakar Al-Quran juga dijadwalkan di Istanbul, Turki, Sabtu malam.
Namun, Menteri Luar Negeri Swedia Tobias Billstrom turut mengatakan, provokasi Islamofobia sangat mengerikan. "Swedia memiliki kebebasan berekspresi yang luas," kata Billstrom di Twitter dilansir dari laman Reuters, Minggu.
"Tetapi, itu tidak berarti bahwa Pemerintah Swedia, atau saya sendiri, mendukung pendapat yang diungkapkan (Paludan, red)," kata Billstrom.(*)