Risto, 36, ternyata bukan pemuda jujur. Nemu HP berisi aplikasi mobil banking, bukan dikembalikan pada pemilik, justru dipakai menguras uang pemilik HP.
Dapat Rp 120 juta duit colongan lalu dibuat menikahi Wiwik, 24, kekasihnya di Purworejo (Jateng). Tapi keduanya segera ditangkap polisi, padahal baru 2 hari “mbelah duren”.
Anak muda sekarang memang pinter-pinter, tapi banyak yang mengalami krisis kejujuran. Yang kerja di kantor pajak, yang jadi anggota dewan, muda-muda sudah pada pinter mencuri uang negara (korupsi).
Maklum di sekolahnya SD dulu sudah tidak lagi makan pelajaran budi pekerti, sehingga masalah pencurian dianggap bukan hal memalukan.
Salah satunya adalah Risto, warga Purworejo yang tinggal di Jakarta. Belum lama ini dia menemukan HP di daerah Mampang Prapatan. Ketika menemukan HP android bermuatan aplikasi mobil banking, otak kotornya langsung bekerja.
Diotak-atik bersama kekasihnya si Wiwik, ketemulah nomer rekening bank pemilik HP. Tanpa merasa malu, tanpa merasa bersalah uang di mobil banking itu dikurasnya dan dimasukkan ke rekening milik Wiwik. “Kita jadi nikah nih ma….”, kata Risto tanpa punya malu.
Dengan modal uang curian lewat aplikasi mobil banking tersebut, keduanya menikah di Purworejo menghabiskan Rp 90 juta, adapun sisanya Rp 30 juta disisihkan untuk bulan madu di Bali. Di kampung menikah dengan anggaran Rp 90 juta, sudah bisa ewuh gedhen (resepsi mewah).
Keluarga dan tetangga berdecak takjub, suami Wiwik benar-benar anak muda kaya. “Dia kerja di kantor pajak, atau jasi anggota DPR?” bisik-bisik para tetangga di sela-sela pesta perkawinan Risto melawan Wiwik.
Tapi apa lacur, ketika pengantin baru itu boyong ke Jakarta dua hari setelah menikah, tiba di rumah sudah ditunggu polisi. Keduanya digelandang ke Polres Jakarta Selatan, sehubungan dengan kasusnya pencurian uang pemilik HP.
Pengantin baru itu tak bisa mengelak, keduanya langsung ditahan. Program lanjutan “mbelah duren” tak bisa dilanjutkan karena ditahan di sel yang berbeda.
Memangnya nggak bisa “mbelah duren” lewat WA? (GTS)