ADVERTISEMENT

Ojo Gumunan  

Kamis, 29 Desember 2022 08:01 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

“Janganlah berlebihan menyikapi sesuatu, apakah berbentuk dukungan, sanjungan ataupun kritikan. Begitupun hendaknya para elite dan kandidat capres dalam menyikapi masih moncernya tingkat elektabilitas dan popularitas.” – Harmoko-
 
Kita boleh bangga atas hasil kerja selama tahun 2022, tetapi jangan sampai terpana. Kita wajib mengapresiasi karena institusinya telah mengukir prestasi sepanjang tahun,  tetapi hendaknya jangan berpuas diri.

Yang hendak saya katakan, janganlah terlena karena pujian, jangan pula terpesona karena sanjungan. Boleh jadi pujian dan sanjungan hanya untuk menyenangkan hati mitranya, tuannya, majikannya, bosnya, atau pemimpinnya, melalui laporan yang dirumuskan sedemikian rupa, tanpa cacat dan cela.

Memberikan laporan yang menyenangkan bahwa semua program tahunan berjalan baik, padahal fakta di lapangan tidaklah demikian. Melaporkan bahwa kebijakan yang digulirkan pimpinan sangat diapresiasi masyarakat, sementara di sana – sini masih banyak kritikan dan keluhan.

 

Melaporkan yang baiknya saja, sementara yang buruknya ditutupi. Inilah yang sering disebut dengan istilah Asal bapak Senang (ABS).
Sistem pelaporan demikian bagaikan etalase. Indah dan menarik di permukaan, tetapi tidak tahu bagaimana isi dalamnya.

Kita tahu, apapun bentuknya rekayasa tak sesuai fakta dan realita, jelas melanggar etika dan norma. Yang demikian tidaklah sehat, bahkan membahayakan karena dapat merapuhkan pondasi kepemimpinan akibat merosotnya kepercayaan masyarakat, begitu yang buruk mulai tersingkap.
Itulah sebabnya para leluhur sejak awal mengajarkan agar tidak cepat berpuas diri terhadap apa yang sudah kita perbuat, sekalipun telah membuat orang lain merasa senang. Meski mendapat sanjungan dan pujian dari berbagai kalangan.

Sikapilah secara wajar, hati – hati dan penuh kewaspadaan, bukan dengan kesombongan karena masih tingginya tingkat kepuasan publik.
Pitutur luhur mengajarkan “Ojo gumunan, ojo getunan, ojo kagetan dan ojo aleman” – yang artinya jangan mudah terheran – heran, jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut dan jangan kolokan atau manja karena dikelilingi orang – orang yang senantiasa menyanjungnya, mengaguminya dan menghormatinya.

 

Makna yang dapat kita petik, janganlah berlebihan menyikapi sesuatu, apakah berbentuk dukungan dan sanjungan. Menyikapi hasil survei yang menunjukkan masih tingginya tingkat kepuasan dan kepercayaan publik.
Bagi para elite dan kandidat capres dalam menyikapi masih moncernya tingkat elektabilitas dan popularitas.

Pemilu masih 14 bulan lagi. Jalan berliku di depan masih panjang. Beragam problema ada di depan mata. Pandemi belum berakhir menuju endemi, pemulihan ekonomi masih berproses, awan gelap mengelilingi negeri kita dengan beragam ancaman krisis.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT