ADVERTISEMENT

Kopi Pagi Harmoko: Selamat Berkompetisi

Kamis, 22 Desember 2022 07:00 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

"Jangan jadikan adu program menjadi adu domba, adu kekuatan, adu pencitraan, dan menang-menangan yang mengarah kepada kekacauan. Janganlah kompetisi berakhir dengan saling membenci"

-Harmoko-

BEBERAPA hari lagi, kita memasuki tahun 2023 sebagai tahun penuh kompetisi. Tak hanya di bidang politik dalam upaya meraih kekuasaan, juga bagaimana kita berkompetisi menghadapi beragam ancaman dan tantangan, berusaha menaklukan krisis pangan, energi dan keuangan, setidaknya terhindar dari resesi global.

Tahun 2023, tahapan pemilu sudah memasuki pencalonan anggota DPD, anggota DPR, DPRD Kabupaten/Kota. Juga pencalonan Presiden dan Wakil Presiden. Di tahun 2023 itu pula, mulai bulan November, digelar masa kampanye pemilu, baik pilpres maupun pileg.

Dapat diduga, hiruk pikuk kampanye dengan berbagai strategi digelar akan semakin memanaskan situasi dalam berkompetisi.Adu kekuatan dengan menebar slogan akan memenuhi ruang utama publik. Tak hanya di media luar (ruang angkasa) berupa spanduk dan baliho yang terpasang tumpang tindih di sepanjang jalan utama hingga gang-gang di perkampungan.

Perang spanduk akan terjadi di dunia nyata ruang terbuka, sementara perang urat syaraf akan mewarnai dunia maya, lewat media sosial yang dikelola kandidat dan pendukungnya.

Tak heran, jika perang dukungan akan mewarnai dunia digital. Tak pelak, pembelahan dukungan yang kentara di dunia maya, akan berimbas ke dunia nyata.

Ini yang perlu diwaspadai, utamanya sikap bijak kandidat dalam mengelola media sosialnya.Testimoni ataupun pernyataan menyejukkan harus senantiasa di update untuk membangun suasana kondusif, bukan membiarkan kian kontradiktif yang berpotensi melebarnya pembelahan.

Terbentuknya kubu tidak bisa dicegah, yang dicegah adalah antar-kubu dukungan tidak saling menebar kebencian dan permusuhan, seolah yang berdiri di seberang sana adalah lawan yang harus dibinasakan, ditenggelamkan dari persada nusantara.

Ini aneh, logika yang kebalik. Lebih aneh lagi, jika para elite ikut mengompori dengan memberi pernyataan yang cukup merisaukan menambah kurangnya tingkat kepercayaan publik karena mengesankan tidak adanya kepastian dalam merumuskan kebijakan.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT