CAP apapun mertuanya, pasti tak rela anaknya dimadu. Maka Sodrun (40) dari Sragen (Jateng) itu marah besar, sehingga si mantu, Manto (22) dihajarnya. Tak urung mertua dilaporkan polisi. Takut masuk penjara, Sodrun merayu si mantu agar mencabut perkaranya, dan utang cicilan motor yang selama ini dibayari mertua dianggap impas.
Lazimnya mantu selalu hormat pada mertua, sebab berkat jasa mertua si mantu tengah malam tak pernah kedinginan lagi. Tetapi tak semua mantu bisa bersikap begitu ada juga yang kurang ajar pada mertuanya. Jika merujuk sejarah, tengok kisah Ki Ageng Mangir dari Mataram, dia berani memberontak pada Panembahan Senopati, yang pada gilirannya jadi mertua. Saking jengkelnya Panembahan Senopati, kepala si mantu dibenturkan ke dampar hingga pecah dan wasalam.
Nah, Manto dari Kecamaan Tanon Sragen (Jateng) termasuk salah satu mantu paling kurang ajar di Kabupaten Sragen. Karena penghasilan pas-pasan, ketika Manto kredit sepeda motor, yang ngangsur tiap bulan mertuanya. Celakanya, motor kreditan itu malah buat nampang dan akhirnya dapat cewek baru. Diam-diam gebedan baru itu dikawin siri alias poligami tidak resmi.
Dengar putrinya ditinggal kawin siri, marahlah Sodrun. Manto langsung saja dihajar sampai babak belur. Gantian Manto yang tidak terima sehingga lapor ke Polsek Tanon. Tak ayal Sodrun pun ditangkap. Rupanya ditahan itu tidak enak, sehingga dia merayu si mantu untuk mencabut perkaranya. “Nanti utangmu cicilan motor nggak usah bayar, saya anggap impas.” Kata Sodrun.
Manto mau menerima permintaan mertua, sehingga perkara dicabut dan Sodrun kembali di alam bebas. Tapi istri Manto kadung sakit hati pada suaminya, karena dibanding-bandingkan dengan istri baru. Ketimbang makan hati, dia menggugat cerai ke Pengadilan Agama Sragen. Setelah beberapa kali sidang, permohonan talak dikabulkan.
Kasihan Sodrun perjuangannya demi anak wedok sia-sia belaka. (GTS)
